Senin, 28 Januari 2008

Tim

Pelindung
Badan Pengurus Cabang (BPC) Perkantas Jatim

Penasihat
Harry Limanto, M.Div.,
Dra.Iis Achsa,S.Th,M.K

Penanggung Jawab
Pemimpin Cabang (PC) Perkantas Jatim

Tim Redaksi :
Perdian K. Tumanan,ST
Ria Agustina,S.Kom
Hilda Melanie,S.E

Setting/Layout
Ria Agustina,S.Kom

Cover
Ie Fangchu

Percetakan
Abadi

Alamat Redaksi
Jl. Tenggilis Mejoyo Blok KA-10
Telp. (031)8435582,8413047 (Hunting)
Surabaya 60292 Fax.(031) 8418639

E-mail
pktas.jatim@gmail.com

No Rekening
No. Rek 8220176445 BCA Cabang Rungkut
a/n Yayasan Perkantas

Editorial

Dalam salah satu buku terbarunya, The Living Church (Inter-Varsity, 2007), John
Stott menyatakan bahwa Gereja lokal tidak cukup sekadar mengatur dirinya dan organisasinya. Salah satu ciri Gereja yang bertumbuh adalah Gereja yang memahami dan memaknai berita (message) yang harus disampaikannya kepada dunia: Injil (kabar baik).
Namun sayangnya, di tengah-tengah suasana dunia yang semakin dihimpit oleh filsafat pluralisme saat ini, konsep tentang Injil pun menjadi makin beragam. Dalam buku The Scandal of the Evangelical Conscience, Ron Sider mengatakan bahwa banyak orang Kristen yang melulu menafsirkan Injil sebagai pengampunan atas dosa-dosa; konsep berat sebelah yang membuat banyak orang Kristen terus-menerus berdosa dan tetap yakin bahwa dosa mereka diampuni. Fenomena lain juga menunjukkan bahwa banyak orang Kristen yang kecanduan dengan ide “surga,” platonik yang disukai kalangan dispensasionalis, tempat indah nun jauh di sana yang menyediakan berbagai fasilitas untuk kenyamanan anak-anak Tuhan yang hidup abadi, model Heaven is So Real dan berbagai cerita penglihatan surga yang ngawur, yang langsung mengasosiasikan Injil dengan surga, konsep tidak pernah ada dalam Alkitab. Tentu dengan tawaran “menggiurkan” seperti itu, orang-orang oportunis-egois yang hanya mau cari selamat dan untung untuk dirinya sendiri dengan serta-merta (tanpa pikir dua kali) akan langsung menerima Injil dengan “sukacita.”
Kalau begitu apa makna Injil yang sesungguhnya? Stott benar saat mengungkapkan bahwa Injil atau kabar baik itu adalah Yesus Kristus sendiri. Itulah sebabnya berulang-ulang penulis Perjanjian Baru mengaitkan Injil dengan Yesus Kristus (Mrk. 1:1; Kis. 8:12, 35; 11:20; 17:18; Rom. 1:1, 3; 6:25). Dan hanya Dialah juga yang diberitakan Paulus dengan segenap hati (1Kor. 2:2; 15:3-5). Kehadiran, karya, kematian dan kebangkitan-Nya adalah kabar baik bagi umat manusia sebab kini Allah ada di tengah-tengah manusia. Apa yang dulu dijanjikan kini digenapi. Ia yang dulunya dinantikan kini hadir. Air mata karena pengharapan akan Dia, akan dihapus diganti dengan sukacita karena Ia sungguh ada di tengah-tengah kita. Ia datang untuk merestorasi milik-Nya dan Ia datang agar mereka yang menjadi milik-Nya itu menerima kepenuhan dan kuasa untuk menjadi serupa dengan Dia dan menjadi saksi-saksi-Nya supaya dunia kepunyaan-Nya ini dipulihkan dan memuliakan Dia.

Kabar Baik Bagiku, Kabar Baik bagi Dunia

Oleh: Wahyu Dwijayati*

Pendahuluan
Apa yang menjadi kabar baik
bagi Anda sekarang? Apakah indeks prestasi studi yang baik, posisi jabatan/karier yang meningkat, sudah dapat teman hidup, atau hal-hal lain? Namun kabar yang baik bagi Anda tersebut, belum tentu penting bagi dunia.
Akhir-akhir ini media massa sering kali memberitakan kondisi dunia yang makin tidak baik dalam segala lini kehidupan. Mulai dari isu kenaikan harga BBM yang pasti akan disertai dengan kenaikan harga barang-barang pokok. Bencana alam yang tidak kunjung berakhir, kerusakan hutan yang memperparah pemanasan global, kriminalitas dan kekerasan yang makin sistemik dalam kehidupan masyarakat. Tidak heran kita sering mengalami kekuatiran, ketakutan, kehilangan damai sejahtera mendengar berita-berita tersebut di tengah kabar baik yang mungkin kita alami.

Natal Adalah Kabar Baik!
Kabar baik di tengah kabar-
kabar yang tak baik tentu bisa menjadi pengharapan bagi dunia. Di tengah kondisi yang kurang baik, perikop Lukas 2:8-20 memberikan kesan yang berbeda yaitu Natal adalah kabar baik! “Jangan takut adalah salah satu tema kunci dari kisah Natal (Luk. 1:13, 30, 74; lihat Mat. 1:20). Secara harafiah, malaikat itu berkata, “Aku memberitakan kepadamu berita baik, suatu kesukaan besar untuk semua orang” (ay. 10). Ia menggunakan kata euanggelisomai yang berarti memberitakan kabar baik (good news). Berita yang bukan hanya ditujukan kepada bangsa Yahudi saja tetapi kepada semua bangsa. Injil yang mencakup seluruh dunia.
Kata Yahudi shalom (damai sejahtera) berarti jauh lebih lebih luas daripada suatu genjatan senjata dalam peperangan. Kata ini berarti kesejahteraan, kesehatan, kemakmuran, rasa aman, kesehatan dan keutuhan. Itu lebih berkaitan dengan watak daripada keadaan. Kondisi waktu itu mungkin juga sama sulitnya seperti sekarang. Pajak tinggi, angka pengangguran dan kemiskinan tinggi, moralitas menurun dan pemerintah militer Romawi memegang kendali dengan slogannya yang ironis dengan kondisi bangsa yang dijajahnya yaitu “Pax Romana” yang terkenal itu (yang berarti Romawi yang damai). Hukum Romawi, filosofi Yunani dan agama Yahudi tidak dapat memenuhi kebutuhan hati manusia.

Gembala, Penerima dan Pewarta Kabar Baik Pertama
Jadi berita baik macam apa yang
malaikat sampaikan kepada para gembala saat itu? Allah mengutus Juruselamat untuk memenuhi kebutuhan manusia. Mengapa berita baik ini diberitahukan kepada para gembala? Mengapa bukan kepada para bangsawan, imam atau ahli Taurat? Ini menunjukkan bahwa Allah mengungkapkan kasih karunianya kepada umat manusia, termasuk mereka yang statusnya rendah di mata masyarakat. Status gembala adalah orang-orang yang tersisih di antara bangsa Israel. Karena pekerjaan membuat mereka najis untuk mengikuti aturan ibadah, membuat mereka jauh dari Bait Suci. Tapi malaikat mendatangi mereka dan menyatakan berita baik. Ini berarti Allah juga memanggil yang miskin, tersisih dan dipandang rendah untuk mengalami kabar baik.
Apakah para gembala itu memahami maksud malaikat? Saat menerima kabar itu tidak dijelaskan apakah mereka paham dengan konsep Juruselamat yang malaikat sampaikan. Yang pasti sebagai bangsa Israel—mereka sudah lama menanti kehadiran Juruselamat yang bisa membebaskan Israel dari bangsa Romawi. Respon mereka untuk segera pergi ke Betlehem menunjukkan bahwa penglihatan mereka bukan suatu kayalan. Kerinduan yang sudah lama terpendam dan unsur ketaatan terhadap perintah malaikat membawa mereka kepada Sang Juruselamat.
Bukan hanya itu, setelah menemukan Sang bayi yang dimaksud, mereka mengambil alih peran malaikat (ayat 13-14). Mereka memberitakan kabar baik itu kepada orang lain (ayat 17). Sebuah tantangan baru bagi seorang gembala. Bukankah selama ini mereka jarang datang ke bait suci—bagaimana mungkin mereka bisa berkotbah menyampaikan shalom? Orang yang kesaksiannya di pengadilan tidak diakui—akankah kesaksiannya bisa dipercaya bahwa mereka telah melihat juruselamat? Orang yang jarang bergaul dengan masyarakat—bagaimana mereka mengadakan pendekatan kepada orang banyak agar berita yang mereka bawa bisa tersampaikan? Ternyata tanpa pemahaman teologi yang tinggi, tanpa metode, tanpa pendekatan yang baik, toh mereka tetap bisa mewartakan kabar baik. Sebab, mereka telah melihat dengan mata kepala sendiri Sang Juruselamat itu. Pujian dan kehormatan bagi Allah itu tak bisa dibendung untuk tidak diwartakan kepada banyak orang (ayat 20).

Kebutuhan Dunia Akan Kabar Baik
Pelajaran apa yang bisa kita
petik dari perikop ini? Pertama, dunia butuh kabar baik. Kondisi yang sudah dibahas di awal menunjukkan betapa pentingnya kita mewartakan kabar baik. Banyak orang mengalami kekuatiran dan keputusasaan akan masa depan dengan kondisi dunia yang makin tidak baik. Daya tampung RS Jiwa menjadi menurun karena banyaknya pasien yang stress dengan kondisi hidup mereka. Dunia perlu tahu bahwa ada Juruselamat yang menjadi pengharapan bagi mereka, bukan untuk hidup mereka di dunia ini saja tetapi juga untuk hidup kekekalan mereka. Ini kebutuhan yang sangat mendesak, jadi tidak bisa ditunda-tunda. Kita perlu membawa kabar baik kepada dunia sekarang, bukan besok atau tahun yang akan datang.
Kedua, setiap orang percaya harus menjadi pewarta kabar baik tersebut. Mengapa? Itulah perintah Tuhan Yesus agar kita memberitakan Injil ke seluruh dunia (Mat. 28:19-20). Selain itu, bukankah kita sudah mengalami kabar baik itu sendiri? Bukankah kita sudah mengalami sukacita karena penebusan Kristus? Para gembala yang sederhana telah menjadi teladan bagi kita untuk memberitakan kabar baik. “Kabar baik untukku” seharusnya juga menjadi “Kabar baik untuk semua orang”. Betapa egoisnya kita, jika kabar baik itu hanya untuk diri kita sendiri. Tidak ada alasan kita belum memahami teologia, tidak punya metode atau takut ditolak untuk memberitakan Injil. Sebab para gembala itu telah membuktikan bahwa tantangan atau hambatan apapun bisa diterobos. Sukacita yang dialami karena berjumpa Juruselamat, itulah yang diberitakan. Sederhana bukan? Lantas mengapa harus takut? Hal ini bukan berarti kita tidak perlu metode atau pemahaman teologia atau sikap yang bijaksana dalam memberitakan Injil. Namun yang dimaksud adalah jangan menggunakan hal-hal tersebut untuk excuse dan menunda untuk memberitakan Injil.
Ketiga, kita perlu menghadirkan Shalom itu di tengah-tengah dunia, bukan hanya dengan memberitakan Injil tetapi juga menghadirkan damai sejahtera dalam seluruh aspek hidup kita. Baik di rumah tangga, sekolah, tempat kerja, gereja, lingkungan sekitar, bangsa dan negara kita. Untuk itu butuh kehadiran orang-orang yang berwatak Kristus, yang hidupnya selaras dengan Injil yang diberitakan. Sehingga kabar baik itu bukan hanya didengar tetapi juga disaksikan oleh dunia melalui hidup kita yang diubahkan terus menerus. Injil yang mengubah hidup kita adalah kabar baik bagi kita dan kabar baik bagi dunia. Soli deo Glory. (*Penulis adalah Staf Siswa Surabaya)

Natal Momen atau Monumen

oleh Johan Dereta,M.A

Memasuki masa Natal , biasanya banyak orang disibukkan oleh persiapan yang terkait dengan perayaan dan kegiatan untuk memeriahkan Natal. Mulai dari keterlibatan di kepanitiaan Natal gereja, atau kepanitiaan di tempat-tempat lain sampai dengan persiapan dana untuk hadiah anak-anak dalam keluarga sendiri. Kesibukan-kesibukan ini sering kali membuat kita melalui momen natal tanpa mendapatkan apa-apa, semua berjalan biasa-biasa saja. Belum lagi jika hal tersebut terjadi berulang-ulang dari tahun ke tahun. Masa natal berlalu dan orang-orang kembali menantikan masa Natal berikutnya dengan kemungkinan kesibukan yang itu-itu juga. Sekedar untuk memberikan “rasa” yang bukan biasa-biasa saja, tulisan ini mengajak kita melihat apakah Natal kali ini akan menjadi momen atau sekedar monumen.


Antara Monumen dan Momen
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia monumen diartikan sebagai barang apa yang sengaja dibuat untuk peringatan kepada orang ternama atau peristiwa penting (1987: 654). Di tengah- masyarakat luas, monumen sering dikenal dalam rupa bangunan-bangunan yang dibuat untuk memperingati suatu peristiwa, di tempat strategis, sangat indah dan wah! Kita tidak akan kesulitan untuk mencari, contohnya, Monumen Pancasila Sakti di Jakarta misalnya, dibangun untuk mengingat kepahlawanan para jendral dalam peristiwa pemberontakan PKI tahun 1965. Jika diteruskan, akan banyak sekali contoh yang bisa kita dapatkan. Apa yang menonjol dari semua ini? Monumen yang dibangun oleh manusia, berbentuk benda. Dalam bahasa Inggris kita mengenal istilah “memorial”, yang memiliki pengertian tanda peringatan berbentuk tugu, patung dan sejenisya, tetapi juga bisa diterapkan untuk upacara peringatan. Dengan demikian monumen tidak harus berarti benda, tetapi juga berarti peringatan akan peristiwa tertentu saja.

Perlukan monumen? Ada dua jawaban pertama, ya perlu! Monumen akan mengingatkan generasi yang akan datang terhadap peristiwa atau nilai-nilai tertentu yang telah terjadi di masa lalu, sehingga generasi tersebut akan terhindar dari kesalahan yang sama dari masa lalu serta memegang teguh nilai-nilai luhurnya. Dalam catatan Alkitab, Allah sendiri memberikan perintah kepada Yosua untuk membangun batu peringatan di tengah sungai Yordan (Yos 4:5), tujuannya untuk mengingatkan keturunan mereka bahwa bangsa Israel pernah menyeberang sungai Yordan dalam keadaan air terputus. Penulis tidak tahu, apakah batu-batu itu kini masih ada. Jikapun oleh gerusan waktu batu-batu tersebut kini sudah tidak ada lagi, berita Alkitab cukup berbicara jelas tentang hal ini. Jawaban yang kedua yang tersedia adalah tidak! Tidak diperlukan lagi monumen jika itu hanya sekedar menjadi stempel “gengsi”, atau sekedar perayaan sebagai simbol kemewahan. Monumen demikian tidak meninggalkan pesan melainkan sekedar kesan! Bagi beberapa orang hal ini menimbulkan kejengkelan, bagi sebagian lain decak kagum, hanya itu saja. Apalagi jika monumen itu dibangun atau dilaksanakan dengan memakan korban dari pihak rakyat. Monumen telah menjadi laknat! Mengapa demikian? Monumen tidak berhasil mencapai tujuan utamanya, tetapi justru menyengsarakan!

Ada hal yang lebih agung dari sekedar monumen yaitu momen, dalam pengertian sederhana berarti saat atau waktu. Dalam bahasa Yunani ada 2 kata yang menerangkan arti waktu yaitu kronos dan kairos. Kronos berarti urutan waktu, seperti halnya orang menghitung hari minggu, senin, selasa dan seterusnya. Dalam perbincangan umum, sering orang mengucapkan kata kronologi. Itu berasal dari pengertian ini. Sementara kairos memiliki pengertian saat atau kesempatan, seperti yang digunakan Paulus ketika menasihati jemaat Efesus (Ef 5:16) “...pergunakanlah waktu yang ada...”. Kata waktu dalam tulisan Paulus ini adalah kairos yaitu kesempatan. Kesempatan bisa muncul kapan saja termasuk ketika menyaksikan, merayakan peristiwa-peristiwa yang terkait dengan masa lalu.

Natal Menjadi Momen
Seringkali kehidupan orang
Kristen sama seperti monumen yang berdiri tanpa mencapai tujuan awal didirikan. Sebut saja Gereja yang mengadakan perayaan Natal besar-besaran, mengundang artis ternama dengan menghabiskan puluhan bahkan ratusan juta rupiah Namun setelah Natal berlalu gereja mulai sibuk dengan dirinya sendiri dan mengabaikan lingkungan sosial di sekitarnya

Perayaan Natal tentu boleh, sekalipun Alkitab tidak pernah memberi perintah untuk merayakannya. Natal pertama dicatat oleh ketiga penulis Injil, dan di antara berita itu, kita dapat mengetahui bagaimana malaikat Tuhan dan balatentara surga merayakannya (Luk 2:13-14), kini semua orang Kristen telah menikmati berkatnya. Selanjutnya peringatan Natal kini adalah kesempatan untuk mengingat kembali kasih Allah kepada manusia, sehingga Allah yang mulia mau menjadi manusia. Syair nyanyian E.G Heidelberg dengan judul ’Karna Kasih-Nya’ menolong kita untuk merenungkan hal ini. Lagu memberikan pertanyaan sekaligus jawaban yang baik. Kalimat pertama dalam lagu itu adalah pertanyaan ’Mengapa Yesus turun dari Surga masuk dunia glap penuh cemar?’ dan kalimat terakhir adalah jawabnya ’kasih-Nya ya karna kasih-Nya’. Namun demikian, mengingat saja tidak cukup! Karena jika hanya berhenti di sini, kita sekedar memperoleh penyegaran pengertian, bukan penyegaran rohani! Merayakan secara besar-besaran belaka juga tidak berguna jika tidak ada orang yang terberkati melaluinya.

Natal adalah kasih yang nyata, bukan euphoria belaka, bukan ideologi tetapi praktek hidup. Karenanya, Natal kini harus nyata dalam bentuk praktis, bukan sekedar kotbah-kotbah lantang, tetapi tindakan nyata yang memikirkan orang lain. Jika karena kasih-Nya, Allah sudi menemui dan menolong persoalan dosa manusia, apa alasan bagi orang Kristen tidak melakukan yang sama bagi orang lain? Jika persoalan dosa hanya bisa diselesaikan oleh Allah melalui Yesus Kritus yang kelahiran-Nya dirayakan, orang Kristen bisa berperan di dalam memerangi kemiskinan. Di negeri yang terkenal dengan gemah ripah loh jinawi (bahasa jawa, artinya subur makmur) ternyata ditemukan 17,2 persen penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan. (Data BPS, Kompas, Rabu, 12 Juli, 2006). Tampaknya jumlah ini tidak berkurang, bahkan saat ini tercatat ada 37,1 juta jiwa dari seluruh penduduk negeri ini yang hidup dalam kemiskinan. (Kompas, Kamis 15 November 2007). Pemerintah berupaya mengatasi melalui JPS, KUT dan lainnya yang dulu pernah ada, namun 73% dari dana tersebut ternyata diselewengkan melenceng dari tujuannya sehingga tidak mencapai sasaran (http://www.pu.go.id).
Menilik data tersebut di atas kita dapat membandingkan berapa banyak dana yang telah gereja keluarkan untuk sekedar memeriahkan perayaan Natal, dan jika dilakikan dengan jumlah gereja yang ada, tentu dana tersebut dapat menolong banyak jiwa untuk keluar dari garis kemiskinan. Tentu saja Gereja harus berperan dalam penyelesaian persoalan kemiskinan ini. Inilah momen yang harus digunakan umat Tuhan untuk berperan nyata dalam persoalan negeri ini. Bukan hanya kemiskinan, banyak persoalan bangsa ini yang memerlukan peran serta orang Kristen di dalamnya.

Peristiwa Natal pertama tidak lepas dari persoalan, masalah yang pertama kali muncul adalah ancaman penceraian secara sepihak yang dilakukan oleh Yusuf terhadap Maria (Mat 1:19), hal ini bukan tanpa alasan, ketidakpahamannya akan rencana Allah telah menggiring munculnya pilihan ini. Jika akhirnya hal ini tidak terjadi, itu karena ada intervensi Allah pada Yusuf. Natal adalah kesempatan untuk melaksanakan konsolidasi, membangun dan menguatkan sendi-sendi kesatuan. Tataran yang terdekat dengan kita adalah keluarga. Ada apa dengan keluarga? Secara khusus keluarga Kristen memiliki tujuan: (1) Tujuan keselamatan; keluarga merupakan perantara bagi keselamatan, (2) Tujuan reproduksi; keluarga merupakan perantara untuk meneruskan keturunan dan mengelola bumi, (3) Tujuan penggambaran; keluarga merupakan perantara untuk menggambarkan hubungan Allah dengan umat perjanjian-Nya, (4) Tujuan pendidikan; keluarga merupakan perantara untuk meneruskan kebenaran rohani, (5) Tujuan pengasuhan; keluarga merupakan perantara untuk merawat anak-anak melalui proses pertumbuhan yang sehat.
Sekalipun begitu sentralnya keluarga dalam kehidupan ini, perhatian terhadap persoalan di sekitar keluarga masih sering terabaikan. Seiring dengan membiaknya posmodernisme di mana hukum-hukum kemutlakan dan otoritas disangkali, tampaknya Gereja akan segera memasuki masa di mana perceraian keluarga-keluarga Kristen menjadi berita sehari-hari. Perhatikan saja trend yang terjadi di Inggris, 50 % atau di Amerika 66,6 % perkawinan berarkhir dengan perceraian (http://www.e-psikologi.com/), padahal perkawinan mereka diberkati di Gereja. Sekalipun kasus di Indonesia belum setinggi itu, tetapi Indonesia telah menempati peringkat tertinggi untuk kawasan Asia Fasifik, dengan data 200.000 pasangan per tahun dan hal ini cenderung meningkat (http://www.suarasurabaya.net/). Jika hal ini -juga telah melanda Gereja di sini, Gereja akan benar-benar mengalami persoalan. Natal adalah kesempatan untuk membangun pondasi keluarga yang berpusat kepada misi Allah. Karena demikianlah keluarga Yusuf telah dipakai Allah untuk melaksanakan misi-Nya.

Mulai Kini
Tampaknya belum pernah ada orang yang menghitung berapa banyak dana, tenaga, perhatian yang dikeluarkan gereja atau keluarga Kristen setiap tahunnya untuk merayakan Natal. Jika cukup susah untuk menghitung mundur angka-angka rupiah dan perhatian yang telah dikeluarkan, mungkin tidak cukup sulit untuk menghitung maju angka-angka yang akan dikeluarkan untuk perayaan-perayaan Natal. Jika ternyata hasil hitungan tersebut hanya menghasilkan decak kagum karena banyaknya rupiah yang dikeluarkan disertai dengan pernyataan “wah...hebat juga kita” maka perayaan Natal hanya membangun kesan yang berarti menjadi monumen, bukan membagikan pesan dan menjadi momen. Jika yang terjadi adalah hal yang pertama, jangan kita berhenti, mari melangkah naik lebih tinggi menjadikan Natal sebagai momen untuk menyatakan kasih Allah dalam praktek hidup kita. (*Penulis adalah Staf Siswa Perkantas Jember).

A MESSENGER OF GOD

“Like the coolness of snow at harvest time is a trustworthy messenger to those who send him; he refreshes the spirit of his masters” (Proverbs 25 : 13).

Oleh Diana Rante SK,ST

Pekerjaan sebagai seorang kurir/
pembawa pesan (a messenger) pada zaman dahulu merupakan suatu pekerjaan yang sangat penting, berbeda dengan kondisi saat ini yang ditandai dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi komunikasi, sehingga kita tidak melihat pentingnya peranan ini. Pada zaman dulu belum ada sarana komunikasi yang memadai seperti telepon, handphone, ataupun e-mail sehingga kehadiran seorang messenger sangat dibutuhkan. Tugas seorang messenger adalah membawa pesan dari seseorang kepada yang lain, dari suatu kantor/lembaga ke kantor/lembaga lain, dari seorang pemimpin kepada pemimpin lain, dan sebagainya. Yang pasti pesan itu amatlah penting dan bahkan merupakan suatu rahasia yang tidak boleh diketahui oleh siapapun selain sang messenger.
Dalam menjalankan tugasnya, seorang messenger harus mempertaruhkan dirinya bahkan mungkin juga keluarganya demi pesan itu. Medan yang dia tempuh juga cukup sulit. Tidak jarang dia harus pergi dari satu desa ke desa lain, dari kota ke kota lain, dan bahkan harus melintasi suatu negara ke negara lain demi menyampaikan pesan yang sangat penting tersebut. Tidak jarang seorang pembawa pesan harus berjalan kaki melewati hutan, gunung dan lembah karena tidak tersedianya sarana transportasi yang memadai. Dia harus berpacu dengan waktu agar pesan itu bisa disampaikan tepat pada waktunya. Belum lagi jika dia harus menyampaikannya secara lisan karena keterbatasan sarana yang ada, maka dia hanya bisa mengandalkan daya ingatnya. Sesudah menyampaikan pesan itu, dia harus segera kembali melewati medan yang sama kepada orang yang menyuruhnya untuk menyampaikan jawaban dari pesan tersebut atau minimal untuk mengatakan bahwa pesannya sudah diterima oleh orang bersangkutan dengan baik dan tepat waktu. Hal-hal seperti inilah yang menyebabkan peran seorang messenger itu cukup berat tapi di satu sisi juga sangat penting. Oleh karena itu seorang messenger haruslah seseorang yang mau dan siap pergi kapan saja dia dibutuhkan dan mau pergi ke mana saja dia harus diutus. Dia pun harus menyampaikan pesan itu secara tepat, pada waktu yang tepat, dan pada orang yang tepat. Jika tidak demikian maka pesan tersebut akan sia-sia saja.
Namun, bagi sebagian orang, pekerjaan ini benar-benar sangat melelahkan, membosankan dan menakutkan. Terlalu banyak resiko yang harus ditanggung jika terjadi kesalahan. Hal inilah yang menyebabkan tidak banyak orang yang mau untuk menempati posisi tersebut kecuali karena terpaksa. Mereka yang mau adalah mereka yang benar-benar mencintai pekerjaan itu, sadar akan pentingnya tugas itu, dan mau melakukannya dengan senang hati. Jika tidak demikian, maka mereka tidak akan bisa bertahan lama atau pekerjaannya tidak akan maksimal.
Kehidupan seorang Kristen pun layaknya seperti seorang pembawa pesan. Kita sebagai orang Kristen adalah pembawa-pembawa pesan dari Allah (the messengers of God) kepada dunia. Kita menjadi duta-duta yang diutus Allah kepada manusia ciptaan-Nya. Sebagai seorang pembawa pesan Allah, maka setiap kita berperan sebagai perantara antara Allah dan dunia. Apa yang ingin disampaikan Allah kepada dunia, akan disampaikan kepada kita terlebih dahulu. Dari kitalah pesan Allah itu akan diterima oleh dunia.
Seorang messenger of God bisa menjalankan tugasnya dengan baik hanya jika dia selalu dekat dengan Allah dan terus menjalin komunikasi dengan Allah. Dengan demikian dia akan cepat mendengar dan tahu ketika Allah memanggilnya untuk menjalankan tugas. Dia akan memiliki kepekaan terhadap Allah karena sehari-hari dia bergaul akrab dengan Allah. Dia juga tidak akan salah menyampaikan pesan dan isi hati Allah karena Dia sudah mengenal Allah dengan baik.
Apakah pesan Allah yang harus disampaikan oleh messenger kepada dunia itu? Rahasia apakah yang Allah- Sang Pencipta langit dan bumi itu- percayakan kepada kita untuk disampaikan kepada dunia? Ternyata pesan itu merupakan ungkapan isi hati Allah yang sangat pribadi kepada dunia. Ini merupakan pesan cinta dari Allah kepada umat-Nya yaitu bahwa Dia sangat mengasihi mereka. Dan Dia membuktikan kasih-Nya itu dengan memberikan Anak-Nya yang tunggal kepada dunia. Dia juga menjanjikan hidup kekal bersama-Nya di dalam sorga dan itu bisa didapatkan dengan cara mempercayai Anak Tunggal-Nya yang sudah Dia utus ke dalam dunia dan mati untuk menggantikan umat (Yohanes 3:16).
Mengapa Allah perlu memakai kita untuk mejadi pembawa pesan-Nya? Sebagai Allah yang Maha Kuasa yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, bukankah Dia sanggup menyampaikan pesan itu sendiri kepada dunia tanpa harus melalui kita? Dan mengapa harus kita? Ya, Dia memang bisa dan sanggup menyampaikan pesan-Nya sendiri tanpa kita. Tetapi, Dia memakai kita karena memang Dia menginginkan hal itu. Dia menghendaki kita untuk mengetahui isi hati-Nya terlebih dahulu sebelum hal itu tersampaikan kepada dunia. Dia memutuskan untuk mempercayakan rahasia hati-Nya kepada orang-orang kepercayaan-Nya yaitu kita. Dan Dia sendirilah yang memilih siapakah messenger yang akan Dia utus. Bentuk komunikasi seperti inilah yang dipilihnya untuk berelasi dengan dunia yaitu dengan memakai kita sebagai pembawa pesan-Nya. Alasan kedua mengapa Allah memakai kita adalah karena inilah wujud kasih dan kepercayaan-Nya kepada kita sebagai umat pilihan yang sangat dikasihi-Nya, yaitu ketika kita dilibatkan dalam pekerjaan-Nya sebagai rekan sekerja-Nya. Dia berharap, melalui kitalah nantinya akan bermunculan para messenger baru, rekan-rekan kerja baru yang juga akan membawa pesan itu ke orang lain lagi.
Orang Kristen yang menyadari hal ini seharusnya akan sangat bersyukur kepada Allah karena diberi kepercayaan untuk memegang peranan penting tersebut. Siapakah kita ini sehingga diberi kesempatan begitu besar untuk menjadi rekan sekerja dari Sang Pencipta langit dan bumi? Mereka yang sungguh-sungguh menyadari hal ini tidak akan bersungut-sungut dalam menjalankan tugas karena tahu dan sadar bahwa itu adalah anugerah di mana tidak semua orang diberi kesempatan untuk menjadi wakil Allah bagi dunia. Mereka akan melebur di dalam pekerjaan itu dan menjadikannya sebagai bagian dari hidupnya. Kesadaran ini jugalah yang akan memampukan dia untuk memiliki kerelaan dan tanggung jawab dalam menjalankan tugasnya. Dia akan menjadi hamba Allah yang rela diminta untuk pergi kemana saja dan mau melakukan apa saja yang diperintahkan Sang Tuan dengan penuh rasa tanggung jawab. Di dalam Amsal 25:13 juga dikatakan bahwa seorang messenger akan menjadi orang yang setia (terjemahan LAI) dan dapat dipercaya (terjemahan NIV). Setia berarti messenger tekun dan mau melakukan tugas itu sampai selesai. Apapun tantangan yang akan dihadapi, dia tidak akan menyerah atau berhenti. Dapat dipercaya berarti Tuannya yakin bahwa pesan yang dititipkan kepada messenger akan disampaikan kepada dunia dengan segera, tepat waktu dan akurat persis sama seperti yang diberikan kepada sang messenger. Tuannya percaya bahwa pesan-Nya tidak akan ditambahi atau dikurangi oleh messenger. Dia akan seperti air sejuk bagi jiwa yang dahaga, mendatangkan kesembuhan bagi mereka yang menerima pesan itu (Amsal 13:17b; 25:25) dan menyegarkan jiwa Tuannya juga (Amsal 25:13).
Namun, kenyataannya ada banyak orang Kristen yang tidak menjalankan peran itu dengan baik. Ada yang dengan sengaja menolak, ada yang melakukannya dengan terpaksa dan bersungut-sungut, ada yang mengiyakan di depan Allah tapi seiring berjalannya waktu ia melupakan tugas itu. Ada juga yang pada awal menerima tugas menjalankannya dengan bersemangat tapi lama-kelamaan menjadi bosan lalu menyerah dan berhenti. Ada yang menjalankannya namun tidak konsisten, katanya “tergantung mood”.
Mengapa begitu? Karena kita tidak atau kurang memaknai tugas sebagai messenger sebagai anugerah. Kita menerima tugas itu semata-mata sebagai beban yang mengikat dan membatasi gerak kita. Kita malah menyia-nyiakan kesempatan untuk berelasi langsung dengan Sang Penguasa dunia melalui sikap kita yang seenaknya terhadap Dia. Kita tidak menyadari bahwa Allah tetap bisa menyampaikan pesan itu sendiri tanpa melalui kita. Kita tidak paham bahwa sebenarnya yang dipentingkan Allah bukanlah seperti apa respon dunia terhadap pesan-Nya (meski itu juga perlu) tetapi bagaimana kita sebagai messenger itu sendiri mengetahui, memahami, dan meresponi isi hati-Nya di dalam ketaatan tanpa keterpaksaan.
Dampak dari kurangnya pemahaman itu adalah kita tidak akan bisa menjadi “a good messenger” bagi Allah, Tuan kita dan bagi dunia ini. Kita yang seharusnya menjadi alat efektif bagi Allah untuk menyampaikan pesan-Nya malah menjadi perusak. Kita menjadi orang-orang bebal yang bisa mencelakakan atau merugikan orang lain & Tuan kita sendiri (Amsal 13:17a; 26:6). Dunia tidak menerima pesan Allah yang seharusnya mereka terima dari kita. Atau, mereka menerimanya juga tapi tidak akurat, bahkan bisa salah karena keteledoran dan kemalasan kita. Apa kata dunia? Relasi kita dengan sang Tuan pun menjadi renggang. Kita menjadi messenger yang kurang memahami isi hati-Nya, bahkan tidak tahu sama sekali.
Jadi, sebenarnya yang menjadi tantangan terbesar bagi seorang messenger dalam menjalankan tugasnya bukanlah seberapa sulit medan yang dia tempuh atau ketiadaan sarana-sarana pendukung, atau kurangnya kemampuan yang dia miliki. Tantangan terbesar kita sebagai a messenger of God bukanlah lingkungan melainkan ketekunan dan kesetiaan kita untuk menjalankan tugas ini. Seberat apapun tantangan dari luar tidak akan ada artinya jika kita punya kemauan keras untuk menjalankan tugas itu hingga selesai dan menyadari bahwa tugas itu adalah anugerah yang tidak layak kita terima.
Natal semakin dekat. Ini menjadi suatu momen yang tepat bagi kita untuk memaknai kembali siapakah diri kita dan bagaimanakah kinerja kita selama ini dalam menjalankan peran kita sebagai para pembawa pesan sorgawi. Sudahkah kita menjadi a good messenger of God kepada dunia? Bagaimana dengan hari ini? Soli deo gloria.
(Penulis adalah Staf Mahasiswa Perkantas Surabaya)

JOIN THE MISSION

Oleh Victor S. Sanga,S.T

Pendahuluan
Setiap hari berbagai media
komunikasi yang bersentuhan dengan kita terutama TV dan koran, banyak memberitakan peristiwa yang terjadi di dunia, secara khusus di bangsa ini yang menimbulkan keprihatinan kita. Mulai dari bencana alam (banjir, gempa, letusan gunung, kemungkinan tsunami), berbagai penyakit, kriminalitas yang semakin meningkat dan kompleks, kebobrokan pemimpin-pemimpin dan juga degradasi rohani yang semakin parah, yang ditandai dengan munculnya berbagai aliran, yang dinilai sesat oleh agama-agama tertentu. Realita ini menegaskan bahwa dunia masih membutuhkan orang-orang mau berperan aktif melanjutkan pembaharuan atas peristiwa-peristiwa tersebut. Orang Kristen haruslah yang pertama kali berdiri untuk menjawab kebutuhan ini, mengejawantahkan misi Allah bagi dunia.

Misi Allah bagi Dunia
Kejatuhan manusia ke dalam
dosa (Kej 3) telah membawa berbagai dimensi disintegrasi dalam kehidupan manusia. Relasi Allah dengan manusia hancur, manusia tidak lagi memiliki hubungan yang intim dengan penciptanya. Bukan hanya itu saja, relasi manusia dengan sesamanya menjadi buruk, relasi yang seharusnya penuh kasih telah tergantikan dengan kebencian, perseteruan dan berbagai pertentangan. Bahkan alam, tempat kediaman manusia, pun ikut terkutuk oleh kejatuhan ini. Disharmoni dan bencana terus bermunculan dan seakan tak ada habisnya. Manusia tak berdaya terhadap dosa dan terus terpuruk oleh berbagai disintegrasi ini.
Misi Allah hadir dan dinyatakan untuk membawa kembali manusia kepada kebenaran, misi ini dirancang oleh Allah untuk menyelamatkan dan memulihkan kehidupan manusia sendiri, sebuah misi yang telah dimulai dan masih terus berlanjut. Kitab Matius menggambarkan dengan sangat baik akan misi Allah ini. Injil Matius dimulai dengan pemberitaan kelahiran Yesus, Anak Allah, yang menyelamatkan umat Allah dari dosa mereka (Mat 1:21). Bahkan di sepanjang kitab ini, misi Allah diberitakan dengan konsisten, berbagai keterikatan dengan dosa dilepaskan, berbagai hubungan dipulihkan, berbagai kelemahan dan penyakit disembuhkan, berbagai kebutuhan dipenuhi. Kehidupan manusia dipulihkan dari berbagai disintegrasi. Dan di akhir dari Injil Matius, dicatat sebuah amanat yang harus diberitakan ke seluruh penjuru dunia, amanat yang tidak lain adalah misi Allah sendiri (Mat 28:19-20).

Keterlibatan dalam Misi Allah
Keterlibatan orang percaya
dalam misi Allah bukanlah sebuah pilihan tetapi keharusan. Paling tidak ada dua alasan penting mengapa orang percaya perlu terlibat dalam misi Allah. Pertama, ia sendiri telah diselamatkan melalui misi Allah (saved through the mission). Kedua, Allah memanggil orang percaya untuk bekerja bersama-Nya dalam misi ini (calling into the mission).

Saved Through The Mission
Keselamatan merupakan
pengalaman yang selalu ingin dibagikan oleh orang-orang percaya. Ketika seseorang berjumpa dengan Allah hidupnya mengalami transformasi, hidupnya perlahan-lahan mengalami pemulihan dari berbagai disintegrasi karena dosa, dia berjumpa kembali dengan Sang Pencipta, dia yang dahulu mati kini dihidupkan kembali dan kehausan mereka akan Allah terpuaskan. Kesadaran akan realita inilah yang mendesak orang-orang percaya untuk membagikan pengalamannya. Seperti dua sisi mata uang logam yang tidak dapat dipisahkan, demikianlah kaitan antara pengalaman diselamatkan melalui misi Allah dan keterlibatan dalam misi itu sendiri.
Andreas yang mengalami perjumpaan dengan Mesias segera memberitahukan hal tersebut kepada saudaranya, Simon Petrus, ia berkata: “Kami telah menemukan Mesias” (Yoh 1:41), perempuan Samaria menceritakan perjumpaannya dengan Yesus kepada orang sekampungnya (Yoh 3:39-42), seorang lumpuh selama 38 tahun menceritakan pengalamannya bersama Yesus kepada orang-orang Yahudi (Yoh 5: 15) dan juga Lazarus membawa banyak orang Yahudi percaya karena kesaksiannya (Yoh 12:10-11). Bahkan sampai hari ini kesaksian orang-orang percaya yang membagikan hidup mereka kepada orang lain di dalam misi Allah terus dicatat.

Calling into The Mission
Allah memanggil orang percaya
untuk terlibat dalam misi-Nya bagi dunia ini. Sepanjang sejarah yang tertulis di dalam Alkitab, Allah berulang kali dan terus menerus memanggil orang-orang untuk terlibat dalam misi-Nya, yaitu para nabi, hakim-hakim, rasul-rasul dan bahkan setiap orang percaya. “Kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu menceritakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib” (I Pet 2:9). Panggilan ini merupakan sebuah kehormatan bagi orang percaya untuk bersama-sama dengan Allah mewujudkan misi-Nya di dalam dunia ini. Orang percaya adalah rekan sekerja-Nya dalam menyatakan misi Allah bagi dunia (Mat 28:19-20, I Kor 3:9).
Berdasarkan dua alasan inilah kita dapat melihat bahwa orang percaya yang tidak bermisi adalah orang yang buta dan picik yang telah lupa akan karya Allah dalam hidupnya, orang yang tidak mengerti dan menghargai panggilan Allah – yang menolak bermitra dengan Allah, Sang Pemilik Dunia – untuk mengerjakan misi Allah bagi dunia ciptaan-Nya.

Hidup dalam Misi Allah
Panggilan untuk terlibat dalam
misi Allah bukan berarti panggilan untuk menduduki jabatan tertentu dalam gereja atau lembaga spiritual, bukan berarti panggilan untuk meraih gelar dalam bidang teologi, bukan berarti panggilan untuk menguasai berbagai metode penginjilan. Esensi panggilan misi Allah adalah panggilan untuk hidup dalam perspektif karya penyelamatan Allah bagi dunia. Sebuah panggilan untuk menempati suatu bagian pada tubuh Kristus dan mewujudkan perannya bersama-sama dengan bagian-bagian lain untuk mengerjakan misi Allah. Pendeta atau jemaat, pengajar atau guru atau murid, pedagang atau petugas kebersihan, artis atau buruh pabrik dapat mengerjakan misi Allah dalam bidang masing-masing.
Selanjutnya, keterlibatan dalam misi Allah adalah keterlibatan yang bersifat holistik, sebuah sharing kehidupan secara utuh. Yesus dalam menghidupi misi Allah bukan hanya membawa perubahan rohani, tetapi terlibat secara utuh membawa perubahan dalam berbagai pergumulan hidup sehari-hari manusia. Ia menyembuhkan mereka, memberi mereka makan, tinggal dan makan bersama mereka, mengajar dan menegur mereka. Ia bahkan masuk dalam pergumulan sosial, politik dan hukum. Dan ketika Ia mengutus murid-murid-Nya (Mat 10 dan 28:19-20), Ia tidak sekedar mengutus mereka untuk menceritakan berita Injil tetapi agar mereka secara aktif juga berperan dalam pergumulan jasmani orang-orang yang dilayani.
Hidup dalam misi Allah adalah sebuah perspektif karya penyelamatan yang tertuang dalam hidup. Sebuah perspektif misi yang dapat dikerjakan dalam berbagai bidang kehidupan yang membawa manusia pada pemulihan hidup dari berbagai disintegrasi. Secara praktis dan sederhana, misi adalah kehidupan sebagai tubuh Kristus yang terus memberitakan Injil dan berbagi kasih dengan orang yang sakit, yang tidak berpengharapan, orang yang bergumul dengan kemiskinan, yang tidak berpendidikan serta keterlibatan untuk turut berperan dalam melestarikan alam, berdoa bagi pergumulan bangsa, mendukung kebijakan pemerintah dan taat kepada hukum. Misi pemulihan dunia adalah kepada pekerjaan yang telah dimulai oleh Allah, dan dikerjakan bersama-sama dengan Allah dan membawa kemuliaan bagi Allah. (Penulis adalah Mahasiswa SAAT Malang)

Berita Kota

BPR Perkantas Kediri
Doakan :
¨ Rencana program BPR 2008.
¨ Kesetiaan para pengurus BPR.
¨ Para donator yang sudah mendukung pelayanan di Kediri agar Tuhan memberkati mereka.
¨ Kerjasama dengan alumi.


PKAA Kediri
Pada tanggal 26 Oktober 2007,
beberapa alumni Kediri mengunjungi satu keluarga siswa yang mengikuti pembinaan KTB di Perkantas Pare. Tujuan dari kunjungan ini adalah agar alumni melihat langsung pergumulan siswa, menjalin relasi dengan orang tua siswa serta memberikan dukungan biaya sekolah kepada siswa tersebut. Doakan program PA alumni agar dapat berjalan dengan baik.
Tahun depan alumni Kediri, akan membentuk kepengurusan Tim Pengadaan Rumah Persekutuan yang baru, yang menjadi program bersama antara BPR dan seluruh komponen pelayanan yang ada, doakan juga 2 KTB alumni berperan dan berdampak dalam pelayanan pemuridan di mahasiswa.

PMK Kediri
Setelah dipersiapkan selama
beberapa bulan maka akhirnya KATA ( Kebaktian Tahun Ajaran Baru) di Kediri telah dilaksanakan. Hadir pada acara tersebut sebagai pembicara utama adalah Kak Agung Kurniawan dan kak Tutut. Tahun ini pelayanan PMK Kediri berfokus pada persiapan calon PKK untuk memuridkan orang lain. Acara yang dihadiri oleh 52 orang mahasiswa ini mengangkat tema “ Make Your Disciples” Doakan untuk kualitas KTB dan proses multiplikasi di Kediri yang masih lemah agar terus ditingkatkan.
Doakan untuk pengurus yang baru PMK Kediri periode Oktober 2007 - Oktober 2008, (Astrid, Mery, Lusi, Agnes, Jimmy, Sisca) dan tindak lanjut dari hasil PI baik secara pribadi maupun melalui KATA , dalam wadah KTB maupun pembinaan yang ada.


PSK Tulungagung
Raker Siswa telah kami laksanakan
pada tanggal 21 Oktober 2007 dimana kami telah mengevaluasi pelayanan kami dan menyusun rencana program 2008. Mengawali bulan Oktober 2007, kami memulai persekutuan perdana di SMPN 2 dan SMPN 3 Tulungagung. Di dua sekolah ini ada beberapa siswa sudah di KTB sejak 2 tahun yang lalu, namun belum ada persekutuan sekolah. Persekutuan ini akan kami adakan 2 bulan sekali.
Kerinduan kami tahun 2008 akan terbentuk 2 KTB dan kepengurusan baru di SMPN 2 dan SMPN 3 dan perintisan persekutuan di SMAK dan di SMA N 1 kedung Waru, yang kami adakan setiap hari Jumat.
Doakan :
¨ Perintisan persekutuan SMA 1, SMPN 2 dan SMPN 3, serta pembentukan 2 KTB dan kepengurusan baru di tiap sekolah ini.
¨ Pengembangan pelayanan di SMPN 1 Tulungagung .

PSK Kediri
Pada awal Oktober 2007 kami
merintis persekutuan di SMPN 8 dan pada awal November 2007 kami memulai persekutuan perdana di SMPN 8 Kediri. Pada bulan September 2007 terbentuk KPA dan 1 KTB di SMAN 6 dan akan dilaksanakan 2 minggu sekali dimulai pada bulan November 2007.
Pada tanggal 10 November 2007, Perkantas mulai merealisasikan pembinaan OSIS di SMP Petra, pada momen regenerasi OSIS SMP Petra. Kami berharap melalui program ini proses pembinaanselanjutnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan siswa yang ada.



Doakan
¨ Proses penyususnan materi pembinaan rutin di SMP Petra Kediri.

PSK PARE
Bersyukur pada Allah yang
memberi dengan limpah bagi ladang siswa di Kota Pare, kami juga bersyukur untuk pemeliharaan Tuhan bagi kami dan pelayanan ini selama tahun 2007, secara khusus untuk KATA 6 Oktober 2007 dengan tema “The Chosen Generation” dan pembicara kak Agung Kurniawan.M.Si ,besyukur ada 76 siswa SMP dan SMA yang di PI dan sekitar 50 % berkomitmen untuk dibina dalam KTB dan untuk setiap panitia yang sudah mengerjakan setiap bagian dan tugasnya masing-masing. Bersyukur untuk Raker 2007 di Student Center PSK Pare yang diadakan pada 11 Nopember 2007, 14 pengurus beserta 1 staf mengevaluasi kegiatan pelayanan 2007, merencanakan program pelayanan tahun 2008 dan program perintisan PD Sekolah untuk SMPN 2 Pare, mengucap syukur juga untuk persembahan 1 set komputer dan buku-buku rohani untuk mendukung pelayanan siswa di kota Pare. Bersyukur untuk para staf yang tetap setia mendampingi pelayanan siswa di Pare sampai hari ini (Kak Tutut dan Kak Candra)

Doakan :
¨ KTB-KTB yang sedang berjalan dipegang oleh staf dan 3 PKK agar tetap setia berkomitmen dan dapat bermultiplikasi. Dan KTB-KTB yang ada ditengah-tengah ujian dan liburan agar tidak terjadi kevakuman dan dapat berjalan meski mungkin agak tersendat.
¨ Kerjasama dengan gereja-gereja dan guru agama di masing-masing sekolah
¨ 2 orang pengurus yang mengikuti Raker BPC Perkantas Jatim 30 Nopember – 2 Desenber 2007 supaya Tuhan memberi hikmat dan pengertian untuk memahami program-program yang sudah direncanakan dan dievaluasi.
¨ PD Pengurus yang rutin diadakan setiap senin pada tahun 2007 dan minggu jam 12.00 WIB mulai tahun 2008 agar semua pengurus mau terus bertumbuh dan termotivasi dalam mengerjakan pelayanan siswa di kota Pare.
¨ Kerohanian dan kesehatian dari orang – orang yang terlibat dan mendukung pelayanan PSK Pare
( Staf dan Pengurus)
¨ Para pengurus untuk bisa menjaga inventaris yang ada khususnya di Student Center agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.
¨ Proses perintisan PD Sekolah di SMPN 2 Pare supaya Tuhan memberi kelancaran dan kemantapan siswa bina yang ada di sana dan strategi berikutnya.
¨ Rencana temu KTB yang diadakan sebulan sekali pada minggu ke-2 mulai tahun 2008 agar momen tersebut dapat berjalan terus-menerus dan dapat mengingatkan pada fokus pelayanan siswa di Pare.
¨ Ujian semester ganjil di bulan Desember ini dan UNAS yang diprogramkan pemerintah pada bulan April agar Tuhan menolong semua siswa kristen, memberi hikmat dan memberi mereka hati yang takut akan Tuhan.
¨ Persiapan Natal 2007 & Tahun Baru 2008 yang akan dilaksanakan pada bulan Januari 2008 bergabung dengan sekolah-sekolah se-Pare, doakan kerja panitia dalam mempersiapkannya, penggalian dana, acara, dan juga untuk persiapan pembicara. Agar acara ini benar-benar Tuhan pakai untuk mengingatkan kami semua akan arti Natal yang sesungguhnya.


Perkantas Mataram

HUT Perkantas Mataram
Dengan persiapan yang cukup
singkat, kami bersyukur dapat merayakan HUT Perkantas Mataram yang ke -7. Dalam acara ini , firman Tuhan disampaikan oleh Kak Yance, yang mengangkat tema “ Kasih yang sempurna”, diambil dari Wahyu 2:1-7. Melalui acara ini, setiap peserta diajak untuk berdoa syafaat bagi pelayanan Perkantas serta relasi dengan lembaga Kristen dan gereja, sehingga masing-masing semakin menghayati pergumulan pelayanan tiap komponen dan lembaga yang lain.

Pelayanan Siswa
Bersyukur
¨ Pembinaan pengurus SMUN 1 Mataram dan perintisan di SMUN 1 yang telah berjalan dengan baik.
¨ Proses dimulainya perintisan di SMPN 1 Mataram
¨ Komitmen, kesehatian dan kesehatan TPS (Tim Pembimbing Siswa), Pengurus dan Staf Siswa.
¨ Wisuda Esti (TPS) dan Elly (alumni TPS) pada tanggal 30 November 2007
¨ Guru agama yang mendukung pelayanan siswa di sekolah


Doakan
¨ Koordinasi pengurus PPK Kota dan PD Pengurus PPK KOTA (setiap hari selasa) agar terus diberi semangat dan pantang menyerah
¨ CPKK (Calon Pemimpin Kelompok Kecil) yang dipersiapkan untuk memimpin KTB (Yakobus, Yusuf, Nofi, Lukas, Anita, Keren, Yulia. Bram, Ucok).
¨ Kebutuhan dana dan pelayan siswa untuk tahun 2008.

Mahasiswa
Bersyukur
¨ Kesehatian dan kerjasama antara Pengurus, TPPMK, dan Staf.
¨ Beberapa alumni yang mendukung, baik dalam bentuk dana, tenaga, maupun pemikirannya.
¨ Pembinaan PMK Kota
Doakan
¨ Kesehatian pengurus, TPPMK, dan Staf .
¨ KTB-KTB boleh terus terjaga pertumbuhannya.
¨ CPKK agar tetap semangat memimpin KTB dan memperhatikan CAKKnya.
¨ Kelas persiapan bahan KTB, pembinaan pengurus dan CPKK.

Alumni & BPR :
Bersyukur :
¨ PA tetap dapat berjalan dengan baik dan respon alumni
¨ Usaha bersama dengan membuka warung SUBAK sebagai bentuk perhatian dan dukungan bagi pelayanan
¨ Bersyukur untuk program kerja alumni tahun 2007 yang telah berjalan
¨ Bersyukur untuk kesetiaan alumni yang menjadi pendukung dana pelayanan Perkantas

Doa
¨ Strategi pengembangan persekutuan alumni ke depan baik melalui persekutuan PA alumni maupun dengan bentuk kegiatan yang lain (sesuai dengan kebutuhan dan tantangan alumni)
¨ Keberlangsungan warung SUBAK ke depan agar dapat mendukung pelayanan, khususnya operasional dan kebutuhan rumah persekutuan serta kebutuhan tukang masak untuk warung.
¨ Konsistensi alumni dalam mengelola dan mengembangkan warung.
¨ Pembuatan kuisioner untuk mengetahui minat alumni terhadap PAK (Persekutuan Alumni Kristen)..
¨ Relasi antar anggota BPR, antara BPR dengan staf, dan BPR dengan komponen.
¨ Kebutuhan ruper yang permanen (penggalangan dana, lokasi yang mendukung).
¨ Penggalangan dana rutin guna memenuhi kebutuhan operasional dan pelayanan Perkantas


Perkantas Malang

PSK Malang
Kami bersyukur untuk siswa-
siswa (216 orang) yang mendengar Injil melalui pelayanan PSKM dan KTB-KTB baru yang terbentuk selama 2007 ini (7 KTB). Kami menyadari ada banyak hal yang kurang maksimal kami lakukan dan itu menjadi evaluasi untuk kami di tahun mendatang. Kerinduan kami adalah di tahun mendatang kami dapat mengerjakan pemuridan dengan lebih baik, di mana KTB-KTB yang ada terpantau dengan baik bukan hanya aktivitasnya tetapi pertumbuhan setiap AKK dan juga relasi yang makin baik antara PSKM dengan PKK-PKK non TPS/MD. Itulah sebabnya kami saat ini terus memperbaiki diri dalam hal kontroling dan monitoring KTB.

Bersyukur
¨ Pertemuan 1 dan 2 untuk penyusunan buku pedoman pelayanan siswa
¨ UTS MD/TPS yang telah selesai minggu ini.

Berdoa :
¨ HPDT dan HPDS MD/TPS dan Staf ditengah padatnya jadwal pelayanan dan studi
¨ Mission Trip I yang direncanakan tanggal 23 November 2007 terancam batal karena guru agama yang kurang mendukung, doakan pencarian sekolah agar Mission Trip tetap berjalan, serta penetapan waktu yang akan diubah ke awal Desember 2007
¨ Kelanjutan proses pembuatan buku Pedoman Pelayanan Siswa Malang.
¨ Persiapan weekend PKK pada tanggal 25-27 Januari 2008, khususnya pendekatan dan perhatian yang dilakukan kepada calon-calon peserta (PKK non MD/TPS dan CPKK) , para pembicara yang dalam proses dihubungi, rencana penggalian dana dan proposal yang harus segera diselesaikan.
¨ Pendekatan dan upaya-upaya untuk mulai mempersiapkan calon-calon TPS/MD yang akan menjadi peserta KRB 2008.

PKKA Malang
Kami mensyukuri pertolongan
Tuhan sehingga sepanjang tahun 2007 ini PA alumni dapat berjalan dengan rutin dan jumlah kehadiran cukup stabil. Selain itu kami juga bersyukur untuk PA-PA wilayah yang terbentuk dan berjalan sampai saat ini. Kami terus merindukan makin banyak alumni yang ada di kota Malang dapat ambil bagian baik dalam PA besar dan juga PA-PA wilayah. Dalam waktu dekat ini akan diadakan Weekend Alumni Malang pada hari Sabtu – Minggu, 24 – 25 November 2007 di Villa Panderman – Batu. Tema yang diangkat kali ini adalah Balancing My Life dengan pembicara utama Ev. Harry Limanto, M.Div. Kami bersyukur untuk alumni-alumni yang sudah bersedia memberi diri menjadi panitia dan mengerjakan tugas-tugasnya untuk menyiapkan weekend ini. Kiranya acara ini dapat menyegarkan kembali para alumni sehingga dapat mengelola hidupnya dengan seimbang sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.

BPR Malang
Doakan
¨ Kesegaran rohani pengurus BPR dalam kehidupan sehari-hari di tengah pergumulan pekerjaan dan keluarga, kiranya Tuhan menolong untuk dapat menjaga disiplin rohani dengan baik.
¨ Kerjasama dan koordinasi di antara pengurus supaya berjaland engan baik di tengah kesibukan masing-masing pengurus.
¨ Penambahan jumlah alumni dan donatur yang mendukung Perkantas Malang dan pengembangan pelayanan untuk merintis ke Kab. Blitar.
¨ Rencana pengembangan pelayanan 5 – 10 tahun ke depan, berkaitan dengan penambahan staf di Perkantas Malang.
¨ Rencana renovasi rumah persekutuan untuk mendukung keefektivan pelayanan.

PMK Malang
Pada tanggal 3 November 2007
PMKM mengundang semua pengurus PMK kampus (26 PMK) dalam acara konsolidasi ke-5, dengan PMK Jubilee (UNMER) sebagai tuan rumah. Sekalipun di tengah hujan, bersyukur ada 9 PMK kampus yang merespon. Topik “Konsekuensi Menghidupi Visi” yang disampaikan oleh Kak Iwan cukup me-refresh fokus pembinaan di PMK kampus, apa yang mereka kerjakan dan ke mana arah yang sedang mereka tuju. Sharing dari PMK kampus membuat PMKM semakin bersemangat untuk mengerjakan pelayanannya. Dalam momen ini, PMKM juga membagikan kalender training dan pembinaan sepanjang 2008 kepada PMK kampus, sosialisasi KRB ’08 dan kamp KTB ’08 Surabaya. Sekalipun dalam konsolidasi ini belum menghasilkan keputusan, namun kami bersyukur dan berdoa, semoga dalam waktu yang sudah ditetapkan PMK kampus dapat merespon tawaran-tawaran PMKM untuk mendampingi mereka.
Pada tanggal 4 November 2007 PMKM mengundang PMK kampus untuk acara temu Sie PI dan KTB. 5 PMK merespon dan mereka bersedia untuk membuat pohon KTB sebagai kontroling KTB sederhana, dan 2 minggu kemudian mereka akan memastikan keikutsertaan mereka dalam Tim PI kota dan kebersediaan mereka untuk mengadakan refresh bahan KTB, mengingat kondisi kampus di Malang yang dari tahun ke tahun selalu kekurangan PKK,kerana banyak CPKK yang kurang percaya diri untuk memimpin.
Bersyukur untuk 2 PMK yang selama ini vakum mulai bangkit kembali dan membentuk kepengurusan (Univ. Gajayana dan STIA). Beberapa PMK juga mulai mengerjakan pemuridan (PMK Eklesia), dan ada beberapa PMK yang telah menghidupi pemuridan dan mengadakan pembekalan-pembekalan bagi PKK nya baik secara intern maupun dibina oleh Perkantas (UNMER, PMK Yehezkiel (Fak. Teknik-UB), UNM, UWK, Unitri, PMK ITN, dan PMKM sendiri).

Doakan
¨ PMK kampus yang telah memiliki wadah pemuridan tetapi belum memiliki pembekalan PKK dan kontroling yang baik (PMK Maleakhi- Fak. Ekonomi UB, PMK Philadelpia-Fak. MIPA. Prog. Bastra, Prog. ILKOM UB, PMK Eklesia-Fak. Peternakan-UB, PMK Betesda-Poltekes, PMK SPF-STIBA, PMK Logos-Unitri, PMK Efrata-Fak. FTP UB).
¨ Pembagian tanggungjawab dan perhatian antara pengurus PMKM dan staf terhadap 26 PMK kampus yang terbagi dalam beberapa sektor, di mana setiap pengurus mendampingi 2 PMK kampus
¨ Rencana training setiap minggu I dan pembinaan dotrinal setiap minggu ke-III (bekerjasama dengan SAAT).
¨ Kesehatian dan komitmen, HPDT, HPDS, dan HPDD pengurus PMKM, di tengah-tengah kesibukannya masing-masing, sehingga mereka tetap mengerjakan tugas pelayanannya dengan maksimal, peka melihat dan mendengar pimpinan Tuhan.
¨ Doakan keikutsertaan PMKM dalam raker BPC 2007, supaya dapat mengambil bagian yang tepat dalam raker ini.

PKKA Malang
Doakan
¨ Kesegaran dan kerohanian pengurus alumni di tengah-tengah pergumulan pribadi dan keluarga serta kesibukan kerja.
¨ Relasi dan komunikasi dengan alumni agar dapat berjalan lancar.
¨ Persiapan weekend alumni, peserta, pembicara, panitia (persiapan rohani dan jasmani).
¨ Pembuatan laporan pertanggungjawaban Training Kepemimpinan 2.


Perkantas Banyuwangi

BPR
Bersyukur raker BPR 2007 yang
akan diadakan tanggal 24 Nopember 2007, agar Tuhan menunjukkan kekurangan-kekurangan kami dan memberi kami kepekaan melihat arahanNya untuk tahun 2008. Doakan juga keikutsertaan pengurus BPR dalam Raker BPC Perkantas Jatim pada tanggal 30 Nopember- 2 Desember 2007.

PSK Banyuwangi
Bersyukur untuk regenerasi
kepengurusan PSKB pada tanggal 19 September 2007. Kepengurusan kali ini berjumlah 14 orang, dan setengah di antaranya adalah adik siswa yang baru pertama kali ini menjadi pengurus. Doakan agar semua pengurus dapat bekerjasama dengan baik. Doakan juga untuk program kerja yang telah dibuat, agar dapat dilaksanakan dengan baik dan penuh tanggung jawab.
Doakan untuk KTB-KTB yang ada, agar dapat berjalan dengan baik dan sungguh-sungguh dapat menolong adik-adik siswa bertumbuh didalam Tuhan. Ada 3 orang siswa SMP 1 Banyuwangi yang bersedia untuk dibina dalam KTB, doakan untuk follow-up yang akan dilakukan.
Perkantas Surabaya

TPS Surabaya
Pada tanggal 5-7 Oktober 2007 kami
mengadakan weekend KTB di Passionist Malang dengan tema KTB On Fire bertujuan untuk menyegarkan kondisi rohani dan menumbuhkan semangat ber-KTB ini diikuti oleh 66 orang yang terdiri atas AKK siswa, Alumni siswa, CTPS, TPS dan Staf. Kami menutup bulan Oktober dengan Rapat Kerja yang membahas Evaluasi TPS selama setahun pelayanan. Raker ini kami selenggarakan di Perkantas pada tanggal 27 Oktober 2007.
Bersyukur karena pada tanggal 16-18 November ini kami dapat menyusun rencana program TPS dalam RAKER yang diselenggarakan di Villa Alamanda, Bukit Trawas. RAKER kali ini diikuti kurang lebih 25 orang yaitu TPS, CTPS, BCTPS, staf dan alumni.
Bulan Desember kali ini kami menyambut Natal dengan berbagi kasih kepada para alumni dan AKK siswa melalui Christmas Carol. Acara ini akan diselenggarakan dalam bentuk visitasi dan sharing pelayanan.

Bersyukur
¨ KTB-KTB yang dihasilkan tahun ini dan KTB-KTB yang tetap berjalan dengan baik
¨ Persekutuan di sekolah-sekolah dapat berjalan dengan baik

Doakan
¨ Kinerja TPS ke depan dengan kondisi SDM yang terbatas
¨ KTB-KTB yang kurang sehat, doakan semangat dan motivasi anggota kelompok agar terus Tuhan murnikan
¨ Perintisan SMP 39, yang akan dilakukan pembentukan KTB sebagai Embrio persekutuan.


PMK KOTA Surabaya

Momen penerimaan mahasiswa
baru antara bulan Agustus – Oktober menjadi momen kegerakan penginjilan bersama antar kampus yang berjejaring dengan PMK Kota Surabaya. Kegerakan bersama ini bertujuan untuk melatih setiap mahasiswa agar penginjilan menjadi gaya hidup dan juga memperkenalkan Juru Selamat kepada adik-adik mahasiswa baru.
Tindak lanjut dari penginjilan adalah melalui gerakan pemuridan. Momen “Discipleship Night I” yang dilakukan bulan Mei 2007 yang lalu bertujuan untuk mengobarkan kembali semangat setiap pemimpin KTB agar tetap setia mengerjakan Visi Pemuridan sekaligus menantang kembali untuk memimpin kelompok yang baru. Kemudian tindak lanjut dari gerakan penginjilan pada bulan Agustus-Oktober yaitu “Discipleship Night II” , di mana acara tersebut dilaksanakan pada tanggal 3 November 2007 . Acara “Discipleship Night II “ ini bertujuan untuk menyambut mahasiswa baru yang ada dari berbagai kampus supaya mereka diteguhkan dalam menerima Kristus serta lebih semangat lagi dalam mengikuti pemuridan. Diharapkan bahwa even “Discepleship Night” ini dapat berlangsung rutin 2 kali setiap tahunnya untuk menjaga api pemuridan di Surabaya. Acara yang bertempat di ruang Audiovisual T.502 Petra ini mengambil tema “Growing by Caring” dengan Kak Harry Limanto M.Div. sebagai pembicaranya. Firman Tuhan yang diambil dari Matius 13:1-23 membahas tentang 4 jenis tanah yang menggambarkan bagaimana respon kita terhadap firman Tuhan. Firman ini juga mendorong kita untuk menolong dan memperhatikan orang lain dalam mengerti firman dan membukakan beban untuk memimpin mahasiswa, bahkan di kampus lain.
Dengan persiapan kurang lebih dua bulan, panitia yang terdiri dari berbagai kampus dapat berkoordinasi dengan cukup baik. Pendukung acara maupun penerima tamu juga dari berbagai kampus jejaring yang ada. Diharapkan bahwa kebersamaan benar-benar mewarnai even multikampus ini. Sungguh Tuhan juga bekerja luar biasa sehingga dari total 210 peserta yang hadir di Malam Pemuridan ini, 65 di antaranya mengambil komitmen dan maju dalam Altar Calling. Harapan kami “Discipleship Night” ini tidak hanya berhenti menjadi sekedar acara, namun benar bahwa Tuhan menjaga dan menggerakkan semangat pemuridan di kota Surabaya.
Selain itu, gerakan Refresh Bahan( persiapan bahan KTB bagi para PKK dan CPKK) yang saat ini berjalan di berbagai kampus, memberikan dampak yang sangat besar bagi kualitas PKK di setiap kampus tersebut, sehingga ke depan diharapkan kualitas pemuridan dapat berkembang semakin baik.
Doa untuk persiapan Kamp KTB mahasiswa yang akan diadakan pada bulan Februari 2008, persiapan regenerasi bulan Januari dan proses pembinaan calon pengurus baru (sedang berlangsung), dan yang terpenting adalah agar setiap kita memiliki hati dan motivasi yang benar dalam mengerjakan panggilan-Nya.


PAK Surabaya

Tidak terasa pelayanan Alumni
Surabaya sudah memasuki tahap akhir untuk kepengurusan periode 2005-2007. Pada tanggal 4 November 2007 yang lalu, telah dilangsungkan raker Pengurus PKAA Surabaya di Rumah Persekutuan Perkantas Surabaya, dengan beberapa agenda penting , di antaranya regenerasi pengurus, evaluasi program-program kerja 2007 dan perencanaan program kerja 2008. Kami sangat bersyukur karena Tuhan terus memanggil teman-teman yang baru untuk ikut terlibat dalam kepengurusan alumni ke depan. Sukacita kami semakin besar, karena mereka adalah orang-orang yang juga telah terlibat dalam kepanitiaan dalam program-program alumni, bahkan beberapa diantaranya pernah dibina dalam pembinaan mahasiswa. Ini makin menunjukkan pemeliharaan Tuhan akan pelayanan ini dan buah kesinambungan dari pola pembinaan yang berjalan selama ini.
Saat ini PKAA Surabaya juga sedang berkonsentrasi untuk persiapan Natal alumni dan pra alumni 2007. Kepanitiaan sudah dibentuk sejak bulan Oktober lalu dengan sdri. Deasy Natalia sebagai ketua. Acara ini akan diadakan pada tanggal 8 Desember 2007 bertempat di Multifunction Hall Tunjungan Plaza 3 dengan pembicara Ev. Harry Limanto, M.Div. Doakan supaya panitia diberikan kesehatian dalam mengerjakan tanggung jawabnya dan acara ini boleh Tuhan pakai untuk menyegarkan almuni melalui firman Tuhan yang diberitakan dan fellowship yang ada.

PERKANTAS JEMBER

BPR Jember
Jika di awal tahun pengurus BPR
Jember sibuk dengan rencana menata dan memulai pelayanan, maka di akhir tahun kesibukan beralih pada evaluasi dan perencanaan untuk pelayanan tahun berikutnya.
Kesibukan tersebut tampak dalam rapat kerja yang di adakan di rumah persekutuan selama dua hari pada 27 sampai 28 Oktober 2007. Dengan dihadiri oleh seluruh pengurus BPR, Staf dan segenap Pengurus Harian (PH) setiap komponen, rapat kerja dimulai dengan renungan yang disampaikan oleh Ibu Frida Kapoh, S.Th, beliau adalah pendamping Gembala Jemaat GPIB Getsemani Jember. Dalam renungannya, seluruh peserta diingatkan akan pentingnya kesatuan dan saling tolong menolong, karena memang faktanya bekerja sendirian tidak menjadikan pekerjaan lebih baik.
Dalam evaluasi secara umum, pelayanan telah berjalan dengan baik, beberapa program telah dijalankan, beberapa program telah dijalankan namun ada beberapa yang masih harus diperbaiki dan diulang. Untuk pelayanan siswa hingga saat ini, belum ada kemajuan yang signifikan, dalam perintisan ke kota Bondowoso beralih ke kota Lumajang yang dinilai lebih siap.
Selain kesibukan evaluasi dan perencanaan program pelayanan, saat ini BPR dan Tim Pengadaan Rumah Persekutuan (TPRP) juga sedang disibukkan oleh pembangunan rumah persekutuan. Pada senin, 15 Oktober 2007 seluruh pengurus BPR, Staf dan anggota TPRP mengadakan pertemuan dengan Armand dan Khanis ( Alumni Surabaya ) untuk mendapat masukan terkait dengan pembangunan rumah persekutuan. Dari pertemuan tersebut, TPRP meminta bantuan kepada mereka untuk menggambar, menyusun anggaran, dan memberikan konsultasi pembangunan rumah persekutuan.
Saat berita ini ditulis, proses pembangunan sedang dilaksanakan, pengurugan tanah telah dilakukan, selanjutnya pembangunan fondasi akan dilakukan dalam waktu dekat ini. Pergumulan saat ini berkaitan dengan dana, karena ketika pembangunan dimulai dengan dana yang baru tersedia Rp. 43 juta dari seluruh nilai anggaran sejumlah Rp. 144 juta, belum termasuk kemungkinan kenaikan harga bahan-bahan bangunan. Untuk menyiasati ini, maka TPRP mengambil langkah untuk terus menggali dana dan membagi pembangunan menjadi beberapa tahap, tahap pertama adalah pembangunan ruangan depan. (jo)
TPS/PSK Jember
Mengakhiri tahun pelayanan ini, ada banyak kegiatan yang cukup menyedot perhatian, tenaga maupun dana yang dilaksanakan oleh PSKJ dan TPS Jember, masing-masing adalah Kebaktian Awal Tahun Ajaran (KATA) dan retreat pengurus tiga kota, Jember, Banyuwangi dan Lumajang.
KATA dilaksanakan pada Jumat, 28 September 2007. Kegiatan ini dipusatkan di rumah persekutuan. Acara yang dihadiri oleh tidak kurang dari 60 siswa dari Jember dan Kalisat ini berlangsung meriah dan tergolong unik, karena dalam acara yang berlangsung hampir 3 jam ini ditampilkan puisi dengan berbagai gaya oleh persekutuan-persekutuan sekolah. Selain tampil sebagai pengisi acara, penampilan tadi juga dinilai dan tersedia tropy bagi pemenangnya. Kali ini pemenangnya adalah persekutuan SMA 3.
Dengan tema First Think First dalam renungannya, Kak Johan mengajak peserta untuk terus mengutamakan Tuhan dalam hidup ini, baik dalam keluarga, sekolah maupun dalam pelayanan seperti ini. Dalam momen ramah tamah, beberapa TPS tampak memberitakan Injil dengan metode EE kepada beberapa siswa.
Demikian juga denagn Retreat Pengurus Persekutuan Siswa Kristen tiga kota, yaitu Banyuwangi, Jember, Lumajang cukup menyita perhatian baik TPS maupun pengurus PSKJ. Acara dilaksanakan pada tanggal 8 – 10 Oktober 2007 dengan diikuti oleh 52 siswa dan 10 TPS di Wisma Rayap Rembangan. Retreat yang bertema The True Warrior ini bertujuan untuk memperlengkapi segenap pengurus dan menyatukan gerak pelayanan dari tiga kota tersebut.
Dalam kebaktian pembukaan Ibu Titisari dan Ibu Rani membukakan tentang pentingnya hati melayani dalam kepemimpinan, Kak Tommy menjelaskan tentang Temperamen, Kak Yusuf Deswanto menolong siswa untuk mengembangkan kepemimpinan dalam diri, memahami ajaran-ajaran sesat serta melatih peserta menyusun prioritas. Sementara kak Johan, selain menyampaikan kotbah tentang tokoh Gideon juga melatih TPS untuk mengembangkan metode dan komunikasi dalam mengajar.
Selain kegiatan-kegiatan pelayanan di atas,Pada tanggal 14-16 September 2007 Ketua PSKJ (Daniel Adi P) dan salah satu pengurus (Daniel Pratama), pada tanggal 14 – 16 September lalu mengikuti retreat pengurus yang diadakan oleh persekutuan siswa Kristen Tulungagung, Kediri dan Pare.









PSK Lumajang
Dinamika pelayanan di Lumajang
belum bisa dikatakan cepat, karena dalam 9 bulan umur pelayanan di Lumajang, belum bisa dibentuk kelompok pembinaan secara mantap (KTB). Namun demikian, ada hal yang menggembirakan di akhir tahun ini, karena TPS Jember memberikan perhatian penuh untuk pengembangan pelayanan di Lumajang.
Pada Kamis, 8 Nopember yang lalu TPS telah mengutus Kak Elia Cresensia untuk menjadi pembimbing KTB di Lumajang. Hal ini dilakukan supaya siswa-siswi di Lumajang mendapat perhatian secara intens. Bukan itu saja, Ibu Titisari juga menyediakan diri sebagai pembimbing KTB untuk siswi yang ada di Lumajang. Sementara kak Johan akan terus membantu mendampingi pelayanan di sana dengan membimbing KTB siswa kelas 3. Karena masih dalam proses perintisan, KTB akan dilaksanakan dua minggu sekali, dan selanjutnya akan diarahkan menjadi seminggu sekali.
Pada saat berita ini ditulis, tengah diadakan persiapan perayaan Natal siswa Lumajang, dari acara ini diharapkan PSK Lumajang akan semakin familiar di lingkungan siswa-siswi sehingga mereka juga bersedia terlibat dalam pelayanan PSK.
Doakan persiapan pembentukan pengurus baru pada bulan Januari 2008 yang direkrut dari kelompok-kelompok KTB yang ada.

Pelayanan Mahasiswa (Permaker)
Dari hasil evaluasi pelayanan mahasiswa dalam Raker BPR, 27-28 Oktober 2007 yang lalu, didapatkan gambaran pelayanan mahasiswa yang sedemikian menurun, baik pelayanan KTB, maupun aktivitas pelayanan PMK-PMK kampus. Dari Raker BPR ini akhirnya direkomendasikan agar Staf Mahasiswa terjun secara langsung mendampingi PMK-PMK kampus. Tahun depan (2008) yang fokus pendampingan adalah pengurus PMK afiliasi, yaitu PMK FKIP-MIPA dan UKM-PMKK STE Mandala Jember. Sedangkan pembenahan pelayanan KTB mahasiswa Jember di sisa waktu tahun ini dan tahun depan masih memberikan harapan “kebangkitan” KTB, karena 11 PKK baru sudah “berancang-ancang” memulai KTB mahasiswa baru. Follow-up dari Month of Discipleship Vision (MDiV) 2007 yang cukup sukses, diharapkan akan mampu menggairahkan semangat pemuridan di kalangan mahasiswa Jember.
Pada hari Minggu, 11 November 2007 yang lalu “perhelatan” puncak acara Month of Discipleship Vision (MDiV) 2007 berlangsung dengan baik. Puncak dari rangkaian Pemberitaan Injil dan Visitasi Pemuridan (KTB) mahasiswa Jember tahun 2007 ini diadakan di Rembangan dengan tema, “Continue To Live, Rooted, and Built up in Christ.” Pada sesi pertama, Kak Anthon Katobba yang secara khusus datang dari Surabaya, mengekspos tema yang diambil dari Kolose 2:7 ini kepada peserta yang hadir. Dari tantangan yang disampaikan Kak Anthon, beberapa mahasiswa dari sekitar 35 mahasiswa baru yang hadir menyatakan komitmen mereka kepada Kristus, serta komitmen mereka kepada pertumbuhan melalui KTB.
Di sesi kedua, dengan dipandu Kak Yusuf sebagai Host, peserta dapat menikmati sharing dari Kak Nawang (alumni) dan Kak Anthon mengenai pengalaman mereka dalam ber-KTB. Acara yang dikemas dalam bentuk Talk Show ini nampaknya mendapat respon yang positif dari mahasiswa baru yang menjadi peserta acara ini. Terbukti dari komitmen mereka yang dinyatakan dalam kelompok-kelompok, dalam sesi small group. Sesi selanjutnya yang cukup menyemangati para peserta adalah out bound. Dengan menikmati udara terbuka di Wisata Rembangan, peserta yang dibagi dalam kelompok-kelompok ini bermain serta menyelesaikan rintangan-rintangan dengan penuh semangat. Diakhiri sesi refleksi yang dipimpin Kak Yusuf, peserta diajak untuk membaca Roma 12:1-2 sebagai refleksi dan mempertegas komitmen mereka untuk mempersembahkan hidup bagi Allah. Semoga follow-up MDiV 2007 ini menghasilkan murid-murid yang taat dalam proses pembentukan KTB. Ya, semoga Tuhan terus bekerja melalui Roh Kudus-Nya...
Kegiatan pelayanan mahasiswa saat ini juga yang terus dijaga konsistensinya adalah Persekutuan Bersama Mahasiswa. Kegiatan yang diadakan setiap dua minggu sekali pada hari Senin II dan Senin II tiap bulannya ini cukup menggairahkan persekutuan di lingkup mahasiswa Jember, di tengah “kelesuan” PMK kampus-kampus yang ada. Tema-tema yang telah dibahas dalam PB yang telah berlansung sekitar dua bulan lebih ini adalah Why am I a Christian?, Why I Believe in Bible?, Etika Situasi, Reformasi Gereja, dan juga diselingi dengan Ice Breaking serta nonton bersama “Facing the Giant.”
Yang menjadi pergumulan Permaker saat ini adalah regenerasi kepengurusan, yang hingga berita ini ditulis, baru dua orang calon yang telah berkomitmen untuk menjadi pengurus Permaker periode 2008 ke depan. Kami terus berdoa, kiranya kader-kader yang saat ini telah dihubungi dan sedang bergumul, benar-benar meresponi panggilan pelayanan mahasiswa ini dengan penuh ketaatan dan komitmen. Doakan pelayanan Permaker 2008 depan yang semakin penuh tantangan...


Perkantas Denpasar

TPS Denpasar
Pada tanggal 5 Oktober 2007 telah terbentuk PSK Kota yang bertempat di SMU 1 Denpasar. Persekutuan PSK Kota dilaksanakan setiap 2 minggu sekali.
Kami sungguh mengucap syukur atas pemeliharaan Tuhan dalam pelayanan siswa di tahun 2007 ini. Pada periode tahun 2008 – 2009 akan terjadi regenerasi di dalam Kepengurusan TPS.
Doakan
¨ Kesehatian diantara pengurus.
¨ Rencana kerja tahun 2008 yang telah disusun
¨ Pergumulan akan kehadiran seorang staf siswa di Denpasar. (pengganti Kak Titin )

PMK Denpasar
Bersyukur untuk pemeliharaan
Tuhan atas pelayanan mahasiswa Denpasar, sehingga pada tanggal 10-11 November 2007 telah disusunnya program kerja PMKD 2008, dan kamipun bersyukur atas terbentuknya kepengurusan PMKD periode 2008-2009.

Doakan
¨ Program kerja yang telah disusun.
¨ Kesehatan Kak Yosmath ( Staf Mahasiswa )


PMK Medis Denpasar
Menginjak tahun kedua di dalam
kepengurusan PMK Medis telah terjadi regenerasi pengurus. Struktur Kepengurusan PMK Medis untuk periode 2007 – 2008 :
Ketua : Diana Bunanaek
Sekretaris : Jan Terri
Bendahara : Yuyun.

Doakan
¨ Program kerja tahun 2008 yang telah direncanakan

PAK Denpasar
Kami bersyukur untuk
pemeliharaan Tuhan bagi pelayanan alumni Denpasar sepanjang tahun 2007 dan karena oleh kasih setianya dan kemurahannya kami masih diberi kesempatan untuk tetap mengerjakan pelayanan alumni ini. Melalui raker BPR yang dilaksanakan tanggal 10 – 11 November 2007, pada saat kam mengevaluasi kegiatan yang kami lakukan di sepanjang tahun 2007, dimana kami berupaya meningkatkan pembinaan alumni melalui PA Wilayah dengan target 3 kelompok PA wilayah yang akan dibentuk. Kami berharap dapat menjangkau alumni melalui dPA Wilayah.

Doakan
¨ Konsistensi 2 PA wilayah yang sudah ada memiliki semangat yang terus mau bertumbuh
¨ Kesehatian para pengurus dan kesehatian dalam mendukung pelayanan
¨ Setiap alumni yang terus mendukung pelayanan Perkantas Denpasar.
¨ Persiapan dan kepanitian KRA 2008
¨ Rencana pelayanan alumni Denpasar 2008.


PSK Mojokerto
Kami sungguh merasakan campur
tangan Allah dalam pelayanan siswa Mojokerto hingga saat ini. Pelayanan mulai berkembang dengan adanya 3 pembimbing yang secara khusus memikirkan pelayanan Mojokerto. Bersyukur karena PSK SMA 1 Puri yang mulai dirintis tahun ini dapat berkembang dengan baik. Hal ini terlihat dari terbentuknya 1 KTB terbentuk tahun ini dan 3 Pra KTB yang terbentuk 3 bulan terakhir. Bersyukur karena multiplikasi dari siswa juga mulai terjadi tahun ini.
Kami juga mengucap syukur karena PSK Kota atau SF (Student Fellowship) yang selama ini vakum bisa dilaksanakan kembali 2 kali sebulan. SF ini menjangkau beberapa sekolah di Mojokerto dan selama ini dihadiri oleh siswa-siswa dari SMAK Thomas Aquino, SMAN 1 kota dan lulusan siswa lainnya. Bersyukur juga karena siswa-siswa anggota SF juga berkomitmen untuk dibina dalam kelompok kecil dan saat ini ada 2 kelompok Pra KTB.

Doakan
¨ Siswa yang telah terfollow up dalam pra KTB memiliki komitmen dan konsistensi untuk terus dibina
¨ Persiapan Natal yang akan dilaksanakan pada tanggal 4 Januari 2008. Berdoa agar Natal bersama yang baru diadakan pertama kali ini mendapatkan respon yang baik dari siswa Kristen di Mojokerto.
¨ PSK SMA 1 Puri dapat menjadi PSK dalam tahap pengembangan dan dapat diterima dengan baik di sekolah
¨ Persekutuan SF dapat dilaksanakan dengan rutin. Berdoa agar personal approach ke sekolah-sekolah favorit lainnya dapat berjalan dengan baik sehingga anggota SF dapat bertambah.



Penjelasan Istilah-istilah/Singkatan yang dipakai dalam lingkup Perkantas :

PSK : Persekutuan Siswa Kristen
PMK : Persekutuan Mahasiswa Kristen
PAK : Persekutuan Alumni Kristen
BPR : Badan Pengurus Ranting
BPR : Badan Pengurus Cabang
KTB : Kelompok Tumbuh Bersama
AKK : Anak Kelompok Kecil
CPKK : calon Pemimpin Kelompok Kecil
PKK : Pemimpin Kelompok Kecil
HDPN : Hari Doa Puasa Nasional
BP : Badan Pengurus
SF : Student Fellowship

HIPERAKTIF

oleh Agung Kurniawan,M.Psi

Memasuki abad 20 dengan
kemajuan tekologi dan ilmu pengetahuan, berdampak membawa keuntungan bagi umat manusia. Akan tetapi juga bermunculan kasus-kasus penyakit dimana sebelumnya tidak pernah atau jarang muncul. Kasus gangguan hiperaktif pada anak juga merupakan salah satu gangguan yang paling banyak muncul di abad ini. Banyak factor yang dapat menjadi factor pengaruh munculnya kasus hiperaktif, apakah itu lingkungan fisik maupun pola asuh orang tua yang semakin sibuk dalam pekerjaan. Gejala hiperaktif sebenarnya mirip dengan anak yang super aktif akibat kepenuhan gizi dan kelebihan energi. Perbedaan yang menyolok adalah, pada anak hiperaktif gerakan aktifnya ditandai oleh aktifitas yang tidak bertujuan, terarah dan tidak sesuai dengan normalitas anak seusianya. Contoh : anak yang super aktif berlari-lari dengan teman-temannya sebagai wujud permainan, sedangkan anak hiperaktif berlari-lari kemana-mana sendiri tanpa tujuan. Penampakan lainnya dari anak hiperaktif adalah selalu gagal menyelesaikan tugas-tugas dan selalu berpindah-pindah tugas. Pendek kata hiperaktif adalah ketidakmampuan mengendalikan impuls-impuls gerakan dirinya. Tetapi anak-anak usia 2-3 tahun yang sangat aktif tidak dikategorikan gangguan hiperaktif karena pada umunya anak-anak usia tersebut memang sangat aktif, khususnya untuk anak-anak yang memiliki potensi intelektual tinggi dan sangat eksploratif, sering diomeli orang tua dan hidup dalam lingkungan yang terbuang.

Penyebab
Faktor penyebab gangguan hiperaktif antara lain adalah : disfungsi otak yang mengakibatkan gerakan-gerakan berlebihan yang tidak bertujuan, pengaruh lingkungan (racun di udara : CO2 dsb) serta benturan-benturan di kepala. Tapi sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti dari munculnya gangguan hiperaktif pada anak. Kemudian yang perlu diketahui adalah langkah pencegahan munculnya perilaku hiperaktif pada anak. Ada beberapa langkah pencegahan yaitu sebagai berikut :
1. Menciptakan lingkungan yang sehat bagi anak
Beberapa studi dengan jelas menyatakan bahwa kondisi fisik dan mental dari kehamilan seorang ibu dapat mempengaruhi tingkat aktifitas dan daya konsentrasi dari si anak. Selama kehamilan, bermacam-macam penyakit, narkoba, dan stres yang berkepanjangan dapat menjadi penyebab munculnya perilaku hiperaktif pada anak-anak. Nutrisi yang baik dan menghindari narkoba atau rokok adalah jaminan terbaik dari suatu lingkungan kehamilan yang normal. Hasil studi menyatakan bahwa terdapat hubungan antara hiperaktif dan pemakaian obat-obatnya yang berlebihan, bahkan juga menyebabkan munculnya gangguan impulsif dan kekacaun pikiran pada anak. Selain itu, omelan yang berlebihan pada masa kanak-kanak juga dapat mengakbiatkan munculnya gangguan hiperaktif.

2. Mengajarkan perilaku atau aktifitas yang memiliki tujuan.
Sejak masa bayi, perhatian dan penghargaan/pujian untuk beberapa pencapaian yang dilakukan oleh anak dapat menguatkan perilaku yang efektif. Hal yang sama juga, orang tua atau saudara kandung, merupakan contoh dalam kemampuan untuk memusatkan perhatian pada tugas dan menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Sepanjang kehidupan anak, orang tua berperan menjadi model yang ditiru oleh anak-anak mereka. Dengan demikian orang tua dapat memberikan contoh perilaku yang memiliki tujuan atau maksud.

Apa yang harus dilakukan
Jika memiliki seorang anak yang memiliki gangguan hiperaktif, maka beberapa cara dapat dilakukan untuk meminimalkan perilaku hiperaktif pada anak, yaitu :
1. Memberikan tanggapan verbal tentang perilaku yang sesuai
Pujian dan penghargaan merupankan unsur yang penting dalam mengurangi perilaku hiperaktif. Orang tua perlu memberikan pujian untuk pencapaian suatu perilaku yang dicapai oleh anak hiperaktif. Misalnya : ketika si anak dapat tetap konsentrasi atau fokus pada tugas dan berhasil menyelasikan tugasnya, maka orang tua perlu memberikan pujian seperti : „ betapa luarbiasanya kamu dapat tetap duduk dan menyelesaikan tugas itu „ Orang tua dapat juga mengarahkan si anak untuk melakukan suatu tugas dan mencoba menyuruh anak melakukannya dengan cara yang baik, misalnya : kamu akan menjadi anak yang hebat jika kamu berhasil menyelesaikan tugas tersebut.” Selain itu, orang tua juga dapat memberikan contoh terlebih dahulu bagaimana menyelesaikan suatu tugas kemudian mendampingi si anak dengan cara memberikan perintah sebagaimana tersebut di atas. Jika si anak berhasil menyelsaikan, berikan pujian positif pada si anak, demikian seterusnya.

2. Cara kontrak
Cara kontrak adalah suatu perjanjian antara si anak dengan orang tua, dimana si anak diminta berkomitmen untuk melakukan suatu tugas, dan orang tua berkomitmen untuk memberikan hadiah positif yang disukai si anak. Si anak diminta memberikan laporan kepada orang tua mengenai tugas-tugas yang berhasil dilakukan. Hadiah yang diberikan seharusnya sesuai dengan keberhasilan si anak melakukan beberapa tugas yang diberikan. Misalnya : jika si anak berhasil tetap duduk tenang ketika makan tujuh hari berturut-turut maka si anak akan diberi hadiah sesuai kontrak. Namun jika si anak hanya berhasil melakukan selama empat hari saja, maka si anak hanya memperoleh setengah dari hadiah yang dijanjikan.

3. Mengajarkan mengontrol gerakan yang berlebihan
Si anak diajarkan suatu cara untuk menghentikan gerakan hiperaktifnya. Misalnya : jika si anak mulai ingin berlari-lari padahal tugasnya belum selesai, si anak diajarkan untuk bergerak beberapa menit dengan toleransi waktu tertentu atau membiarkan dirinya berlari hanya 2 menit saja untuk memuaskan gerakan hiperaktifnya, kemudian di minta kembali lagi menyelesaikan tugasnya demikian seterusnya jika keinginan untuk bergerak tersebut mulai muncul kembali. Tujuannya adalah menginterupsi gerakan beberapa menit saja.
(*Penulis adalah Staf Departemen Konseling dan Konselor Perkantas Jatim)

Menjadi Garam dan Terang bagi Kalangan terdekat

Judul : Menjadi Garam & Terang bagi Kalangan Terdekat
Pengarang : Jim Peterson & Mike Shamy
Penerbit Lokal : Pionir Jaya & Navigator Press
Halaman : 327 halaman
Ukuran : 14 X 20 cm

Oleh Fenti Eka Maris

Semakin dekat Anda dengan
Kristus, semakin besarlah kerinduan Anda untuk melihat orang-orang terdekat Anda — khususnya anggota keluarga Anda — memiliki keselamatan seperti yang Anda terima dari Allah. Tetapi sering keinginan ini diikuti dengan kekecewaan. Kadang-kadang tampaknya tidak ada harapan. Kita tidak mengerti bagaimana harus memulainya.
Dengan alasan tersebut, buku ini hadir untuk menolong orang-orang percaya mewujudkan kerinduannya. Berbeda dengan buku-buku tentang penginjilan yang pernah ada, buku ini menggunakan pendekatan dari kalangan dalam, sebagaimana tersurat dalam judul aslinya, “The Insider”.
Buku ini terdiri dari empat bagian. Bagian pertama menggali dasar-dasar Alkitabiah tentang rencana Allah melalui keberadaan para kalangan dalam. Di sini dijelaskan bahwa setiap orang percaya adalah warga Kerajaan Allah yang kekal, yang memuliakan Allah dengan cara hidupnya sebagai kalangan dalam, yakni dengan meneladankan nilai-nilai kebenaran yang sejati kepada masyarakat. Bagian ini bersifat filosofis, namun mudah dibaca karena sengaja ditulis dengan gaya yang singkat, karena ditujukan untuk para praktisi dan non-teologi.
Bagian pertama mungkin membosankan bagi mereka yang pragmatis. Untuk itu bisa langsung menuju bagian kedua, dimana dibahas ketakutan-ketakutan dan keterbatasan yang menjadi pergumulan kita sehari-hari dalam membagikan kebenaran tentang Kerajaan Allah kepada kalangan terdekat kita. Betapa menguatkan dan memotivasi ketika mengetahui kecemasan yang kita alami juga muncul pada hampir setiap pribadi, namun justru di sanalah Tuhan sendiri selalu menguatkan kita melalui kehadiranNya.
Realita-realita pribadi dan keluarga disajikan dengan apik oleh penulis, untuk menunjukkan kehidupan para kalangan dalam. Contohnya ketika Jim menulis bahwa saat orang-orang mempercayai Kristus, adalah saat yang sama dimana orang-orang terdekatnya melihat mereka untuk terakhir kalinya. Artinya, mereka memilih untuk hidup radikal dengan meninggalkan kehidupan lama dan keluarganya, namun sesungguhnya mereka mengorbankan salah satu aset terbaiknya, yakni posisi mereka yang terbaik di lapangan, kesempatan untuk memenangkan kalangan terdekatnya bagi Kristus. Menurut penulis, kalangan dalam adalah pemain kunci dalam rencana Allah mencari bangsa-bangsa.
Pola hidup seorang kalangan dalam yang berhasil dapat kita temukan dalam bagian yang ketiga. Ada 7 pola perilaku yang akan menjadi bagian dari gaya hidup seorang kalangan dalam, yakni (1) mengambil prakarsa-prakarsa kecil, (2) berdoa dan memberi tanggapan, (3) melayani dan dilayani, (4) membentuk tim, (5) mempercakapkan iman, (6) membiarkan Kitab Suci berbicara, dan (7) membidani kelahiran baru.
Konsep-konsep pemahaman, sharing pengalaman, dan tips-tips praktis yang diuraikan dalam pembahasan setiap pola perilaku. Bagian ini membawa kita lebih jauh ke dalam pemahaman tentang peran sebagai seorang kalangan dalam. Pada bagian yang terakhir, kita dibawa menyelidiki, apa saja yang harus dibayarkan, sebagai pribadi maupun sebagai gereja, untuk melaksanakan apa yang telah dibicarakan dalam bagian pertama, kedua, ketiga. Buku ini hanya akan menjadi sebuah omong kosong, jika tanpa praktek hidup para kalangan dalam yang membacanya. Untuk penerapan yang terarah dalam keseharian kita sebagai kalangan dalam, diperlukan latihan, usaha memperlengkapi diri, dan yang terpenting menyandarkan diri pada kekuatan Allah sendiri yang sedang membangun Kerajaan Allah melalui setiap kita. Selamat membaca!(*Penulis adalah Staf Kantor Perkantas Surabaya)

STAGNASI SEBUAH PERSEKUTUAN

STAGNASI SEBUAH PERSEKUTUAN
Bahaya dan Antisipasinya

oleh Anggriady Ricky,M.Div



Pendahuluan
Masa penyambutan mahasiswa
baru telah dilewati oleh seluruh persekutuan mahasiswa. Kamp demi kamp berlangsung tanpa terasa telah menghabiskan dana puluhan juta. Apa hasilnya? Sesaat lagi PMK-PMK siap menyambut Natal dengan membentuk kepanitiaan untuk persiapan perayaannya. Apakah persekutuan-persekutuan ini sungguh mempedulikan moment ini agar orang melihat kasih Allah yang besar? Setiap Jumat seperti biasa pengurus sibuk mempersiapkan ruang agar dapat melakukan ibadah. Apakah dikarenakan kerinduan agar banyak mahasiswa mendengar Firman ataukah kebiasaan yang diulang. Mungkin jika kita mau jujur seringkali kegiatan-kegiatan tersebut di atas bukan dikarenakan kesadaran akan sebuah makna, namun sering hanya menjadi sebuh tradisi yang telah dilakukan turun temurun oleh pengurus sebelumnya. Bahkan kegiatan tersebut terkesan monoton dan tidak hidup. Jumlah mahasiswa yang hadir dari tahun ke tahun bukannya bertambah, tetapi menurun. Mungkin inilah yang dinamakan Stagnasi sebuah pelayanan atau dengan kata lain persekutuan yang berjalan di tempat atau bahkan diam.

Seringkali PMK mengadakan kegiatan yang selalu sama setiap tahunnya bukan melalui pergumulan, namun lebih kepada melaksanakan sebuah warisan. Itu sebabnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan kehilangan makna dan tidak mampu menjadi daya tarik bagi banyak orang. Ada banyak PMK sudah tidak mampu berkreasi atau lebih tepatnya mungkin tidak berani mengambil langkah pembaharuan sehingga sulit untuk dapat mengajak mahasiswa melihat kebenaran. PMK telah stagnasi dan tidak berkembang. Semua kegiatan ini bukannya tidak perlu dan tidak berguna. Sangat bermanfaat hanya persoalannya bagaimana pengurus menjalankan dan melakukannya? Bagaimana kegiatan-kegiatan yang terkesan rutinitas ini mampu membawa orang kepada kebenaran? Bukan karena pelayanan itu sudah stagnan sehingga dikerjakan saja yang seperti biasa.

Dalam hal ini Pengurus PMK perlu melihat bahayanya persekutuan yang stagnan. Persekutuan tersebut hanya menghabiskan energi, dana dan waktu tanpa dapat mengubah kehidupan mahasiswa-mahasiswa yang menghadiri kegiatan tersebut. Persekutuan yang stagnan hanya akan menjadi penyebab timbulnya konflik dan kejenuhan sebuah pelayanan. Ketika semua orang berlomba untuk memberi pengaruh, PMK yang stagnan hanya berdiam diri menanti seolah-olah siap ditiadakan. PMK seperti ini tidak mungkin dapat bertahan di tengah-tengah tantangan dan pergumulan yang semakin berat. Ketika dunia mencari jati dirinya, PMK yang seharusnya memberi nilai ternyata hanya tidur. Ketika setiap mahasiswa mencari kebenaran, PMK yang seharusnya menarik mahasiswa ini hanya berdiam diri. Visi itu telah pudar disebabkan tidak bergeraknya PMK.

Kondisi seperti ini tidak bisa didiamkan. PMK harus segera mengevaluasi dan berbenah diri dengan memberi nilai dan makna kembali kepada setiap kegiatan yang dilakukan. PMK harus berusaha berkreasi sehingga mampu menjadi pilihan bagi banyak mahasiswa. Bagaimana caranya? Bergerak dan bentangkan sayap untuk menjadi yang terdepan.


Faktor Penyebab Stagnasi
Untuk bergerak dan berkembang
PMK perlu menemukan dulu penyebab dari keadaan yang terjadi yang menyebabkan kondisi stagnasi. Hal pertama yang mungkin menjadi penyebab dari keadaan stagnasi ini berbicara mengenai sebuah rutinitas tanpa pemahaman yang jelas. Seringkali ketika serah terima jabatan ke pengurus yang baru otomatis program lama juga diserah terimakan untuk dijalankan. Hal ini yang dapat menjadi penyebab sebuah rutinitas tanpa makna karena pengurus hanya menjalankan aktivitas tanpa menggumulinya sendiri dan mencari pimpinan Tuhan. Mengerjakannyapun jelas sebagai sebuah tanggung jawab bukan beban dari dalam hati. Akhirnya persekutuan yang dilakukan menjadi salah satu kegiatan yang membuat orang semakin sibuk tanpa mengalami perubahan hidup.

Sebenarnya kegiatan-kegiatan tersebut dapat saja dihilangkan jika dianggap sudah tidak efektif lagi atau sudah tidak “kontekstual” lagi. Pengurus perlu menggumuli apa yang harus dikerjakan sesuai dengan konteks jamannya. Mencari pimpinan Tuhan untuk mengerjakan program menjadikan program tersebut hidup dan bermakna. Meskipun mungkin kegiatan tersebut terkesan rutinitas, tetapi sebuah rutinitas yang hidup dan dihidupi.

Hal kedua yang perlu disorot berkaitan dengan persekutuan yang stagnan adalah spiritualitas pelayan Tuhan itu sendiri. Penyebab terbesar dari kemerosotan sebuah persekutuan dikarenakan kehidupan rohani dari pengurus yang tidak beres dihadapan Tuhan. Ketiadaan disiplin yang ketat, hilangnya kesungguhan bergumul dihadapan Tuhan sering diabaikan. Penyelesaian masalah difakuskan pada aktivitasnya bukan pribadi-pribadinya. Akhirnya masalah tidak pernah berhenti dan menjadi penyebab keengganan untuk melayani yang berdampak pada persekutuannya.

Persekutuan yang hidup bergantung pada bagaimana setiap pengurus menjalani kehidupan rohaninya dihadapan Tuhan. Pengurus yang memiliki spiritualitas yang baik akan memberi pengaruh bagi berkembangnya sebuah persekutuan. Pengurus seharusnya menjadi kompas atau penunjuk arah bagi anggota-anggotanya. Bagaimana mungkin mahasiswa tertarik untuk mengikuti gerakan yang dilakukan persekutuan jika pengurusnya menjadi penunjuk arah yang salah (kompas yang rusak). Jadi jelas setiap pengurus bertanggung jawab kepada Tuhan untuk memajukan pelayanannya dengan cara memiliki kehidupan spiritualitas yang baik.

Hal ketiga yang perlu diperhatikan adalah program tanpa arah. Sejalan dengan hal pertama, program-program warisan seringkali dikerjakan tanpa melihat maksud dan tujuannya apakah masih sesuai dan memang dibutuhkan pada konteks jaman yang ada. Apalagi pengurus yang mengerjakan tidak pernah tahu mengapa program tersebut harus hadir dan apa yang menjadi alasan sehingga masih dipertahankan. Hal ini membut program menjadi tanpa arah, sulit untuk dievaluasi apalagi untuk ditindaklanjuti.

Untuk menghindari semakin berkembangnya keadaan yang stagnan menjadi keadaan yang mati, maka program-program yang dibuat harus segera dievaluasi kembali dan digumuli dihadapan Tuhan. Arah dan sasaran harus jelas, sehingga mudah untuk ditindaklanjuti. Dengan demikian hasil yang diharapkan dapat dirasakan. Semua daya dan upaya menjadi tidak sia-sia.

Keempat adalah visi yang semakin memudar. Berjalan tanpa visi akan membuat liar sebuah persekutuan. Berjalan dengan visi yang tidak jelas membuat kebingungan sebuah persekutuan. Berjalan dengan visi yang semakin memudar dapat membuat persekutuan salah arah atau berhenti ditempat. Visi jelas menjadi penentu arah dan semangat dari sebuah pelayanan. Tanpa visi yang jelas, maka perlayanan akan sekadar menjalankan aktivitas. Demikian pula jika visi itu memudar, maka persekutuan akan menjadi aktivitas tanpa makna. Hal inilah yang menyebabkan stagnya sebuah pelayanan.

Kehadiran setiap mahasiswa di dalam sebuah acara persekutuan hanya menambah kegiatan saja, sebab persekutuan tersebut telah kehilangan arah. Akhirnya keengganan dan kemalasan merajalela di dalam diri mahasiswa untuk menghadiri dan menghidupi persekutuan tersebut. Pengurus perlu memperhatikan visinya. Visi itu harus hidup dan mendarah daging, sehingga pelayananpun dikerjakan dengan penuh sukacita. Dampak ini akan dirasa oleh mahasiswa lain. Pengaruhnya akan meluas kesegala arah.

Kelima, usaha tanpa kerja keras memberi pengaruh pada hasil yang diharapkan. Jika setiap pelayan Tuhan hanya sekadar ikut-ikutan tanpa mau berkorban untuk mengerjakan pelayanan, maka pelayanan tersebut tidak akan maksimal dan tidak memiliki dampak luas. Pengurus yang tidak mau membayar harga dari sebuah pelayanan dapat mematikan pelayanan tersebut. Mungkin awalnya semangat karena sungkanisme sudah ditunjuk jadi pengurus, atau semangat karena ada motivasi tertentu dibalik kedok pelayanannya, namun akhirnya tidak akan dapat bertahan lama karena pelayanan menuntut kerja keras dan harga.

Pelayanan akan berkembang jika setiap pengurus mau melakukan usaha dengan kerja keras. Kondisi yang mungkin penuh dengan pergumulan akan terus di perjuangkan untuk hasil yang maksimal. Pengurus yang demikian akan memberi pengaruh pada orang-orang yang dilayaninya dan dapat terus mengembangkan persekutuan yang dilakukan.

Memulihkan Kondisi yang Stagnan
Kondisi tidak berkembangnya
sebuah pelayanan harus segera diantisipasi dan ditangani sehingga tidak menjadi berlarut-larut. Kondisi semacam ini menyebabkan banyak hal yang dikorbankan tanpa dapat dinikmati hasilnya. Mengatasi kondisi semacam ini tidaklah mudah perlu pengurus yang rela memberi waktu untuk berpikir dan mengerjakan dengan sungguh-sungguh. Tanpa kesungguhhan memikirkan pelayanan yang dilakukan tidak akan maksimal, keadaan akan tetap sama. Jadi alangkah baiknya jikalau setiap pengurus mencari hikmat Tuhan.

Selain itu tidak bisa tidak kreatifitas dan inovatif perlu dikembangkan. Ditengah kemajuan dan perkembangan teknologi jaman ini orang sudah tergoda untuk mencari sesuatu yang dapat menghibur dan menyenangkan mereka. Mahasiswapun berusaha mencari sesuatu yang selalu baru dan inovatif untuk dapat dinikmati. Meskipun kehadiran PMK bukan untuk menyenangkan hati manusia, namun tidak ada salahnya jika melakukan terobosan yang kreatif dan inovatif untuk dapat menjadi salah satu pilihan dari banyaknya pilihan yang menggoda mahasiswa. Kemajuan teknologi harus dimanfaatkan untuk mengembangkan pelayanan yang ada.

Namun jangan terjebak dengan persaingan dan kontektualitas, tetap saja nilai dan esensi kehadiran sebuah persekutuan berbeda dengan yang ada di dalam dunia ini. Esensi inilah yang tetap harus dipertahankan dan diperjuangkan. Kebenaran yang ada didalamnya tidak boleh pudar oleh kemajuan jaman. Teknologi dimanfaatkan agar semakin banyak mahasiswa yang mengenal kebenaran sejati.

Mungkin tidak mudah untuk menciptakan persekutuan yang ideal semacam ini. Kadangkala dalam satu jaman pelayanan tersebut sudah baik, namun jaman berikutnya ketika kepengurusan berganti, berganti pula kondisinya. Karena itu persiapkanlah kader yang tepat dengan waktu yang tepat agar kontinuitas pelayanan dapat terjaga dan bahkan berkembang. Jangan melupakan tanggung jawab lain yaitu menyerahkan pelayanan kepada orang yang dapat dipercaya.


Penutup
Generasi silih berganti.
Pernguruspun silih berganti. Kondisi ini tidak mungkin dihindari, tetapi dapat diantisipasi agar pelayanan terus berjalan. Menyadari hal ini doa dan keteladanan menjadi penting bagi generasi selanjutnya agar mereka boleh memiliki kekuatan dan dapat melihat contoh orang-orang yang telah memberikan diri untuk pekerjaan Tuhan. Tidak lupa pula pendampingan yang terus menerus diperlukan oleh tiap-tiap generasi agar visi tetap terjaga dan terpelihara. Terlepas dari semua ini, keberserahan kepada sang empunya pelayanan menjadi modal dasar di dalam mengerjakan sebuah pelayanan.

Tidak Sekedar Bicara

oleh Chandra Putra A

Pendahuluan
Ada yang bilang kalau tindakan
itu lebih berbicara daripada kata-kata. Seorang Ayah tidak bisa hanya menasehati anaknya untuk tidak merokok dan berbicara kotor, sementara dirinya masih merokok dan berbicara kotor. Siswa, meskipun remaja dia adalah bagian dari kaum akademisi yang mempunyai jiwa ilmiah yaitu kritis, rasa ingin tahu dan membutuhkan bukti.
Dia tidak mudah menerima sesuatu begitu saja tanpa membandingkan dan mempertanyakannya. Suatu misal ketika kita mengatakan dan mengajarkan bahwa Allah itu baik, dia belum tentu serta merta menerimanya begitu saja. Salah satu pengalaman penulis ketika memimpin KTB SMP pada pertemuan pertama adalah munculnya pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang cukup rumit dalam sistematika Teologia:
Siswa : Kak Allah itu baik ya?
Saya : Oh tentu, Allah itu tidak hanya baik, tetapi DIA Maha Baik.
Siswa : Kak, kalau Allah baik kenapa ada neraka?.
Pada kesempatan lainnya sewaktu penulis berkesempatan untuk mengunjungi salah satu siswa untuk “SOS”, dia langsung menanggapi pertanyaan diagnostik penulis yang kedua dengan argumentasi begini;
Siswa : Kak saya tidak percaya dengan Tuhan, kalau Tuhan itu ada tolong buktikan pada saya bahwa Tuhan itu ada sekarang. Kak menurut pengetahuan saya banyak orang dan ada negara yang tidak percaya Tuhanpun bisa hidup lebih makmur dari pada orang dan negara yang percaya Tuhan.

Transisi
Betapa kritisnya siswa sekarang
yang tidak hanya serta merta menerima begitu saja peryataan dan pertanyaan dari kita. Dari pengalaman diatas, memang untuk berbicara bahwa Allah itu Baik membutuhkan argumen sistematika blibical yang mengena pada siswa. Tetapi argumentasi manis yang mendalam dan ekspresif belum cukup membuat siswa “lengket” percaya kepada kita, jika hidup kita sebagai seorang pelayanan siswa tidak mampu membuktikan bahwa Allah itu baik dan Allah itu ada melalui hidup kita yang kita nyatakan kepada para siswa. Intinya siswa harus mengenal bahwa Tuhan itu Baik dan ada selain dari argumentasi tetapi juga melalui kebaikan hidup kita kepadanya secara nyata sebagai orang yang telah percaya kebaikan dan keberadaan Tuhan.

Lintas Realitas Siswa
Pemaparan berikut ini memang
belum mewakili kondisi seluruh siswa di jagad raya ini, tetapi merupakan wacana penggambaran yang sedang terjadi di antara para siswa, antara lain:

1. Kebutuhan Kasih Yang Besar
Sebuah kisah yang penulis kutip dari buku “Ayah aku ingin bicara” menceritakan di antara jajaran iklan terselip sebuah iklan yang berbunyi “Paco, segalanya telah dimaafkan, pulanglah. Ayah akan menjemputmu di tangga kantor surat kabar ini pada Senin pukul 16.00. Ayah sayang padamu”.
Ketika hari Senin pukul 16.00 sang ayah tiba di tangga kantor surat kabar itu, tetapi yang didapati bukanlah anaknya, tetapi lautan wajah yang mencari-cari. Ada sekitar 200 Pemuda bernama Paco yang muncul dan masing-masing berharap ayah merekalah yang menulis iklan tersebut dan mengungkapkan rasa cintanya.
Mungkin perlu diadakan penelitian diantara sekolah dan siswa yang kita layani berapa persen dari mereka yang sudah merasakan kasih sayang orang tua (kuantitatif) dan seberapa dalam kasih yang mereka rasakan atau terima (kualitatif).

2. Degradasi Moral
Dalam buku “Ayah aku ingin bicara” terdapat kisah seorang remaja berusia 15 tahun menyatakan bahwa semua anak seumurnya menyebut seks dengan isilah ML (making love).” Seks itu sesederhana berkencan,” kata remaja laki-laki itu.” Ada semacam harapan bahwa kamu bisa ML dengan seseorang jika kamu teah pergi ke luar sekali atau dia kali dengannya.
Dalam Kisah nyata salah satu AKK penulis mensharingkan bahwa salah satu temannya laki-laki di SMP yang berbadan besar berkali-kali menginvasinya dengan sebuah ajakan untuk melakukan “gitu-gituan”, yang setelah ditelusuri temannya tersebut adalah penikmat Blue Film.

3. Kebobrokan Standar dan nilai
Dalam KTB kesucian dan kekudusan adalah harga mati dan itu yang kita ajarkan kepada para AKK kita, tetapi apa yang menjadi suara teman dan dunia sekarang, semoga percakapan ini membukakan seklumit apa yang sedang terjadi sekarang:
AKK : Kak, kalau kita ikut KTB apa tidak boleh pacaran?
PKK : Oh, boleh sekali, tetapi pada saat yang tepat, karena pacaran orientasinya adalah pernikahan bukan untuk main-main dan coba-coba,, Jadi kalau seusia adik-adik yang masih SMP berteman dan bersahabat saja itu lebih baik dan benar.
AKK : Kak, tetapi kata temanku kalau kita tidak pacaran itu nggak keren, sedangkan kalau pacaran nggak pakai ciuman, raba-raba, dan buka-bukaan dan berhubungan yang hampir kaya orang yang sudah menikah itu pacarannya anak kecil.
PKK : Weleh-weleh, mari kita lihat apa kata Firman Tuhan dan mari kita mentaatinya.

4. “Chauvinisme” Gank
Di salah satu kota yang penulis layani, ada kelompok gank siswa yang cukup “new’s”, dimana gank ini tidak terdiri dari anak-anak berandalan yang biasanya suka ngompas siswa-siswa lainnya, tetapi gank ini ada dan berdiri berdasarkan penampilan fisik. Gank ini di salah satu kota yang penulis layani memproklamasikan diri dengan nama KCK ( Kumpulan Cowok dan Cewek Keren), dimana para anggotanya hanya diperuntukkan bagi para siswa yang cakep dan berpenampilan keren saja, sedangkan untuk siswa yang tidak masuk “standart “ cakep dan keren menurut mereka maka berlakulah “Uang Gopek buat beli Teh-Capek Deh”.
Beberapa sharing dari para siswa ada teman mereka yang “ngebet” banget untuk bisa menjadi anggota KCK tersebut.

5. Broken Home
Pernikahan yang tidak langgeng dan tidak bertahan yang membuahkan perceraian sudah bukan perihal yang “unik” di kehidupan para siswa. Pernah suatu kali penulis melayani sebuah kelompok PA siswa, dimana 80%-90% anggotanya berasal dari keluarga yang broken home. Melayani siswa dengan latar belakang keluarga seperti ini membutuhkan perhatian, kasih, tenaga dan lain-lainnya secara ekstra.

Tindakan Nyata
Melihat kehidupan para siswa
yang sempat membuat penulis “lemas” karena tidak habis mengerti, cukupkah pengetahuan dan sistematika yang kita miliki menjawab tantangan siswa jaman sekarang?. Tidak sekedar bicara hal-hal yang dalam dan luas dalam pengetahuan mungkin itu salah satu cara menjawab tantangan ini, tetapi pikiran dan hati kasih yang terejawantahkan secara nyata melalui pengurbanan kita itulah wujud kita meluruskan jaman yang bengkok ini. Para siswa tidak hanya butuh argumentasi tetapi juga bukti terkini bukan kisah-kisah di waktu lalu
Meja makan, ikut ambil bagian membayar sekolah yang kesulitan, kado khusus setiap ulang tahun, sms dan telfon kita sebagai wujud perhatian, pulsa untuk mendukung mereka yang menjadi aktivis pelayanan, waktu kita, perasaan dan pikiran kita dan akhirnya semua bagian dari hidup kita harus kita bagikan bersama-sama dengan pengajaran yang kita berikan, sehingga kita tidak hanya sekedar bicara.
Seperti Tuhan Yesus yang tidak hanya mengajar tetapi juga memberi “makan” orang yang mendengar pengajaran-Nya mari kita melakukannya.
Segala Kemuliaan Hanya Bagi Allah Tritunggal.

(*Penulis adalah Ass. Staf Siswa Perkantas Kediri)